Jumat 20 Oct 2023 20:22 WIB

Akan Datang Satu Bulan Lagi, Badai Atlantik Tahun Ini Diprediksi Lebih Dahsyat

Perubahan iklim dinilai menjadi penyebab Badai Atlantik akan terjadi lebih kuat.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Badai Atlantik diprediksi akan terjadi lebih kuat dampak dari perubahan iklim.
Foto: www.freepik.com
Badai Atlantik diprediksi akan terjadi lebih kuat dampak dari perubahan iklim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Musim Badai Atlantik 2023 tinggal sekitar satu setengah bulan lagi, dan selama ini musim ini kerap terjadi badai yang kuat. Misalnya dalam waktu kurang dari 24 jam, Badai Idalia berubah dari badai kategori 1 menjadi kategori 4 dengan kecepatan angin mendekati 209 km/jam. Beberapa pekan kemudian, Badai Lee berkembang dari badai kategori 1 menjadi kategori 5 hanya dalam waktu 24 jam.

Sebuah studi terbaru menemukan bahwa badai Atlantik memiliki kemungkinan dua kali lipat lebih besar untuk menguat, dari badai kategori 1 menjadi badai kategori 3 atau lebih tinggi dalam periode 24 jam dibandingkan dengan periode antara tahun 1970 dan 1990. Badai-badai ini juga cenderung menguat lebih cepat di sepanjang pantai timur Amerika Serikat.

Baca Juga

Menurut studi yang dipublikasikan pada Kamis (19/10/2023) di jurnal Scientific Reports, suhu laut terus mencapai rekor tertinggi akibat perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia. Sistem cuaca tropis seperti angin topan dan badai tropis mendapatkan kekuatannya karena suhu permukaan laut yang sangat hangat.

Air laut yang hangat seperti “karbohidrat” bagi badai, sehingga badai memiliki lebih banyak energi. Intensifikasi badai yang lebih cepat telah dikaitkan dengan perubahan iklim, tetapi perubahan tingkat intensifikasi badai di seluruh Cekungan Samudra Atlantik yang luasnya 165 juta kilometer persegi masih belum begitu jelas.

"Lautan kita telah menyerap sekitar 90 persen dari kelebihan pemanasan yang terjadi dalam beberapa dekade terakhir akibat perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia. Saya ingin melihat jenis perubahan apa yang mungkin telah terjadi pada tingkat penguatan badai Atlantik secara keseluruhan,” kata salah satu penulis studi dan ilmuwan iklim Rowan University, Andra Garner, seperti dilansir PopSci, Jumat (20/10/2023).

Dalam penelitian ini, Garner mengamati setiap badai Atlantik antara tahun 1970 dan 2020 dan menganalisis bagaimana kecepatan angin berubah selama masa hidup masing-masing badai. Badai-badai tersebut dibagi menjadi tiga periode waktu-era historis (1970 hingga 1990), era peralihan (1986 hingga 2005), dan era modern (2001 hingga 2020). Untuk menentukan tingkat intensifikasi maksimum, Garner menghitung peningkatan terbesar dalam kecepatan angin selama periode 24 jam dalam masa hidup badai.

Dia menemukan bahwa kemungkinan tingkat intensifikasi maksimum badai menjadi 37 kilometer per jam atau lebih telah meningkat dari 42,3 persen pada era historis menjadi 56,7 persen saat ini. Kemungkinan badai lemah yang menguat menjadi badai besar dalam 24 jam juga meningkat dari 3,23 persen menjadi 8,12 persen.

"Badai yang telah kita lihat tahun ini, seperti Badai Idalia dan Badai Lee, sesuai dengan apa yang diperkirakan oleh temuan penelitian saya. Badai Idalia dan Badai Lee terjadi di atas perairan laut yang sangat hangat, dan menguat dengan cepat sebagai akibat dari perairan laut yang hangat tersebut. Saya pikir hal ini sejalan dengan tren yang ditunjukkan oleh penelitian saya yang dapat kita perkirakan akan terus berlanjut jika air laut terus menghangat,” kata Garner.

Lokasi-lokasi di dalam Cekungan Samudera Atlantik di mana badai kemungkinan besar akan mengalami tingkat intensifikasi maksimum juga telah berubah di antara era-era ini. Badai cenderung menguat paling cepat di lepas pantai Atlantik AS dan di Laut Karibia, dan cenderung tidak menguat paling cepat di Teluk Meksiko.

Pemahaman yang lebih baik mengenai lokasi dan tingkat intensifikasi ini dapat membantu membuat rencana aksi yang lebih baik bagi masyarakat yang berisiko. Tiga dari lima badai Atlantik yang paling merusak secara ekonomi terjadi sejak tahun 2017 dan badai-badai ini memiliki pertumbuhan yang cepat.

"Sangat penting untuk diingat bahwa kita masih memiliki harapan. Kita tahu bahwa kita sendiri adalah penyebab masalah ini, yang berarti kita juga bisa menjadi solusinya. Sekarang kita sudah memiliki alat mengatasinya seperti energi hijau. Jadi ada harapan bahwa kita dapat mengamankan masa depan yang lebih berkelanjutan,” kata Garner.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement