REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Minyak jelantah menjadi salah satu limbah yang banyak dihasilkan restoran juga rumah tangga. Karena termasuk pada kategori limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), minyak jelantah tidak boleh dibuang langsung ke wastafel cuci piring atau tempat sampah biasa, karena berpotensi mencemari dan merusak lingkungan hidup.
Untungnya, ada beberapa cara yang lebih bijaksana untuk membuang minyak jelantah yang dihasilkan dari proses memasak. Pertama yaitu dengan membungkus minyak jelantah dengan kantong aluminium foil dan dibuang ke tempat sampah. Namun, ada batasan jumlah minyak yang dapat dibuang dengan metode ini.
Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan membuangnya ke layanan daur ulang minyak, seperti yang digunakan oleh restoran. Ini merupakan solusi yang lebih berkelanjutan, karena minyak goreng tersebut dapat digunakan kembali dan dibuat menjadi bahan bakar nabati dan pakan ternak.
Meskipun ada pusat daur ulang lemak dan minyak yang dikelola pemerintah, namun sering kali jaraknya terlalu jauh dari restoran atau rumah. Karenanya beberapa restoran di Amerika Serikat (AS) memilih untuk mengumpulkan minyak jelantah dalam sebuah wadah tertutup dan tidak mudah terbakar.
"Tapi bagaimanapun, setiap koki atau juru masak, harus mengkomunikasikan hal tersebut dengan manajer restoran tentang apakah boleh membuang lemak dan minyak goreng dari waktu ke waktu, juga mengonfirmasi aturan dan etika pembuangan yang tepat," kata pakar makanan dari Virginia Tech, Allie Sivak seperti dilansir dari Chowhound, Selasa (24/10/2023).
Misalnya, manajer mungkin meminta koki untuk meniriskan minyak goreng di saringan sebelum disimpan di wadah khusus atau kantong pembuangan logam yang ramah lingkungan. Beberapa restoran juga menggunakan tangki minyak dan lemak yang terpasang di dapur mereka, sehingga program pembuangannya mungkin berbeda berdasarkan tempat usaha.
Koki juga dapat mengambil langkah lebih jauh dengan mendaur ulang lemak dan minyak goreng yang telah dikumpulkan di layanan daur ulang limbah. Pasalnya, mendaur ulang minyak jelantah tidak hanya mencegahnya mencemari ekosistem alami dan menyumbat saluran air, tetapi juga dapat menjadi cara yang berkelanjutan untuk menciptakan produk sampingan dari minyak jelantah.
Setelah minyak goreng didaur ulang di restoran dan dikumpulkan dalam wadah pembuangan khusus, minyak tersebut menjalani proses penyaringan dan pengolahan untuk diubah menjadi bahan bakar biodiesel untuk kendaraan komersial serta produk lain seperti kosmetik.
Bahan bakar biodiesel yang terbuat dari minyak goreng sisa dan minyak goreng yang digunakan kembali telah terbukti dapat mengurangi emisi dibandingkan dengan bahan bakar diesel berbasis minyak bumi. Mendaur ulang minyak goreng merupakan hal yang saling menguntungkan, dan sebenarnya wajib dilakukan oleh restoran karena ini merupakan langkah sadar guna menjaga lingkungan.
“Mereka bahkan sering kali menerima insentif dan pembayaran untuk mendaur ulang minyak goreng dalam jumlah besar. Jadi kemungkinan besar, restoran akan mengizinkan jika ada warga yang ingin memberikan minyak jelantah ke restoran untuk didaur ulang,” kata Sivak.