REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Chum salmon, spesies salmon Pasifik terbesar kedua, dapat ditemukan di seluruh wilayah pesisir utara Amerika Utara dan Asia. Namun kini, seiring dengan menghangatnya iklim, ikan-ikan tersebut bertelur lebih jauh ke utara di sungai-sungai Alaska yang bermuara di Samudra Arktik, demikian menurut pernyataan dari University of Alaska Fairbanks (UAF).
"Kami tidak hanya melihat ikan yang aktif bertelur, atau telah selesai bertelur dan masih hidup, tetapi juga bangkai ikan yang telah bertelur dan telah mati. Hal ini sangat konsisten dengan pertanda perubahan iklim yang jelas: pergeseran ke arah kutub," kata Peter Westley, ahli ekologi evolusioner di UAF yang memimpin studi.
Tim peneliti menemukan sekitar 100 ekor ikan chum salmon yang sedang bertelur atau baru saja selesai bertelur di sungai Anaktuvuk dan Itkillik di North Slope, wilayah paling utara Alaska. Namun, temuan ini sebetulnya bukanlah fenomena baru. Penduduk setempat telah melaporkan penampakan chum salmon sebelumnya, dan pada tahun 2017, para peneliti di Alaska utara menemukan seekor anak ikan ini.
"Saya tidak ingin menggambarkan penemuan kami sebagai yang pertama. Hal ini mengasumsikan bahwa tidak ada yang pernah melihat hal ini sebelumnya, dan orang-orang telah berada di sana selama ribuan tahun," kata ahli ekologi evolusioner UAF, Elizabeth Mik'aq Lindley, seperti dilansir Smithzonian Magazine, Senin (30/10/2023).
Chum salmon menetas di aliran air tawar dan sungai, kemudian bermigrasi ke lautan asin untuk mencari makan dan tumbuh. Saat dewasa, biasanya antara usia tiga dan enam tahun, mereka akan kembali ke daerah tempat mereka dilahirkan untuk bertelur. Setelah bertelur, mereka mati.
Namun, temuan baru ini menunjukkan bahwa beberapa salmon mungkin melakukan perjalanan lebih jauh ke utara untuk bertelur, daripada berenang kembali ke perairan asal mereka. Para peneliti menduga, perubahan iklim mendorong pergeseran ke utara, karena populasi salmon menurun di tempat-tempat seperti California dan Washington.
Tahun ini, lebih sedikit salmon yang berada di Sungai Yukon di Alaska dan Kanada dibandingkan sebelumnya. Sementara itu, Kutub Utara memanas empat kali lebih cepat daripada bagian bumi lainnya.
Sejauh ini, para peneliti belum dapat menentukan apakah telur salmon yang bertelur di Alaska utara dapat bertahan hidup. Untuk mengetahuinya, mereka meninggalkan sensor suhu yang dapat mendeteksi apakah sungai-sungai membeku di musim dingin.
"Jika mereka membeku, itu adalah akhir dari segalanya. Telur salmon tidak dapat bertahan hidup jika membeku,” kata Westley.
Selain itu, para ilmuwan juga mempertanyakan dampak dari peningkatan jumlah salmon baik untuk wilayah tersebut. Pasalnya, populasi yang lebih besar berpotensi mengambil ruang dan sumber daya dari ikan asli, dan telur salmon dapat menjadi sumber makanan baru bagi spesies asli.
Dalam sebuah lokakarya tahun lalu, para ilmuwan, masyarakat, dan nelayan berbagi pemikiran mereka tentang tren salmon. Beberapa masyarakat yang hadir menyatakan keprihatinan atas meningkatnya jumlah salmon.
"Mereka juga mengatakan tidak ingin menangkap lebih banyak salmon, karena hal itu dapat mengganggu kebiasaan di sana. Tapi saya pikir itu sangat bervariasi tergantung pada orang dan komunitasnya,” kata kata Lindley.