Jumat 10 Nov 2023 21:29 WIB

Jangan Bakar Sampah Sembarangan, Asapnya Sangat Berbahaya

Asap dari sampah yang terbakar berdampak buruk terhadap lingkungan.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Petugas pemadam kebakaran berupaya memadamkan sisa api kebakaran sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Foto: Antara/Nyoman Hendra Wibowo
Petugas pemadam kebakaran berupaya memadamkan sisa api kebakaran sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembakaran sampah di kota mungkin jarang terjadi, tetapi di daerah pedesaan praktik ini masih sering terjadi. Pembakaran sampah kerap dianggap sebagai cara untuk membersihkan sampah, padahal aktivitas ini dapat mencemari udara dan tanah serta berbahaya bagi kesehatan manusia.

Dosen studi lingkungan dari Royal University of Phnom Penh Kamboja, San Vibol, menjelaskan bahwa asap dari aktivitas pembakaran sampah memiliki dampak yang serius terhadap lingkungan. Asap tersebut dapat menyebar ke atmosfer, dan setelah berkumpul di udara, asap tersebut akan mengendap dalam bentuk hujan asam, mencemari sistem air, dan merusak pepohonan.

Baca Juga

“Setiap kali ada aktivitas pembakaran sampah, baik yang dilakukan oleh manusia atau hal lainnya, akan menghasilkan polutan seperti karbon dioksida, merkuri, dan asam ke atmosfer. Bahan-bahan kimia ini merusak lingkungan dan dapat menyebabkan banyak penyakit pernapasan,” kata Sothun seperti dilansir Eco Business, Jumat (10/11/2023).

Di sisi lain, terlepas dari jenis sampah yang terbakar, pembakaran sampah juga akan melepaskan bahan kimia dan polutan berbahaya, demikian menurut Direktur Federal Toxics Policy, People & Communities Program, Daniel Rosenberg. Ia mengatakan bahwa polutan udara seperti materi partikulat dapat memicu penyakit paru-paru dan jantung. Kemudian logam berat seperti timbal dan merkuri, yang menyebabkan penyakit neurologis.

“Bahan kimia beracun, seperti PFAS dan dioksin, yang menyebabkan kanker dan masalah kesehatan lainnya. Bahan kimia dan polutan ini masuk ke dalam udara, air, dan pasokan makanan di dekat insinerator dan masuk ke dalam tubuh manusia ketika mereka bernapas, minum, dan makan kontaminan,” kata dia seperti dikutip dari NRDC.

Studi menemukan bahwa asap pembakaran sampah dapat meningkatkan risiko kanker, cacat lahir, dan dampak kesehatan lainnya yang merugikan. Sejumlah zat yang diemisikan dari sampah yang terbakar juga dianggap sebagai yang terburuk, karena tidak dapat terurai dan menumpuk di dalam tubuh manusia serta satwa liar.

“Sebagai contoh, racun seperti PFAS, dioksin, dan senyawa merkuri ditemukan di lingkungan, manusia, dan mamalia laut di Kutub Utara, jauh dari sumber industri mana pun. Sebuah studi menemukan bahwa pembakaran sampah kota di masa lalu di AS bertanggung jawab atas 70-80 persen dioksin yang ditemukan di ujung Utara,” kata Rosenberg.

Chin Sothun menambahkan bahwa masyarakat harus memahami keuntungan dari memilah sampah menjadi beberapa kategori untuk didaur ulang. Masyarakat dapat menjadikan beberapa jenis sampah rumah tangga sebagai makanan ternak atau pupuk organik. Penting bagi pihak berwenang untuk mengedukasi masyarakat tentang apa saja yang dapat dimanfaatkan dari sampah, terutama generasi muda.

"Saya berharap di masa depan kita bisa mendaur ulang sampah dan menggunakannya kembali, daripada membakarnya. Jika itu terjadi, saya akan mencoba memahami strategi baru ini dan mendukungnya," kata Sothun.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement