Rabu 22 Nov 2023 08:21 WIB

35 Kilogram Plastik Ditemukan dalam Perut Seekor Sapi di Kenya

Polusi plastik di Kenya, Afrika, kian berdampak pada ekosistem darat.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Investigasi menemukan bahwa sebanyak 35 kilogram plastik ditemukan di dalam perut seekor sapi.
Investigasi menemukan bahwa sebanyak 35 kilogram plastik ditemukan di dalam perut seekor sapi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah investigasi di sebuah rumah potong hewan di Kenya menemukan 35 kilogram plastik di dalam perut seekor sapi. Penemuan yang mengkhawatirkan ini mendorong para peneliti di University of Portsmouth Inggris, untuk mengeksplorasi bagaimana polusi plastik berdampak pada ekosistem darat.

Dalam upaya untuk menjelaskan lebih lanjut tentang masalah ini, para ilmuwan dari universitas tersebut telah bekerja sama dengan badan amal kesejahteraan hewan internasional The Donkey Sanctuary untuk menyelidiki dampak polusi plastik pada hewan darat. Penelitian ini akan berfokus secara khusus pada keledai dan sapi ternak di Kenya, yang merupakan sumber kehidupan bagi beberapa kelompok masyarakat yang paling rentan di dunia.

Baca Juga

Inisiatif ini dilakukan di Pulau Lamu di Kenya, sebuah situs Warisan Dunia UNESCO, dimana pertanian subsisten lazim dilakukan.

"Masalah polusi plastik semakin meningkat dan kita perlu memahami dampaknya terhadap hewan yang merupakan bagian integral dari masyarakat di Global South," kata Leanne Proops, Pemimpin project dan Associate Professor dalam Perilaku dan Kesejahteraan Hewan di University of Portsmouth, seperti dilansir Discover Wild Life, Rabu (22/11/2023).

Tim peneliti mulai mempelajari perilaku mencari makan keledai dan sapi di Lamu, dan akan menganalisis tingkat plastik yang tertelan oleh keledai untuk sepenuhnya memahami skala masalahnya.

Sebuah survei berskala besar, yang dilakukan oleh The Flipflopi Project yang berbasis di Lamu, telah dilakukan untuk menyelidiki pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat terkait kesejahteraan keledai dan ternak, serta polusi plastik.

"Dari diskusi sebelumnya dengan masyarakat, kami tahu bahwa ada kekhawatiran yang berkembang tentang hubungan antara polusi plastik, kesehatan ekosistem, kesejahteraan hewan, dan kesejahteraan manusia," kata peneliti pascadoktoral di University of Portsmouth, Emily Haddy, yang akan memimpin kelompok-kelompok masyarakat di Lamu.

"Namun, masalahnya cukup kompleks, pemilik ternak sering kali tidak mampu memberi makan hewan ternak mereka dan terpaksa membiarkan hewan ternak dilepas untuk merumput. Kami berharap dengan mengadakan kelompok diskusi terfokus masyarakat ini, kami dapat memahami lebih banyak tentang isu-isu ini bagi semua orang yang terlibat,” tambah dia.

Dampak dari keledai, sapi, dan hewan ternak lainnya yang memakan plastik sangat banyak, mulai dari penurunan kondisi tubuh dan penyakit hingga penyumbatan pada saluran pencernaan. Plastik juga dapat tertelan sebagai mikroplastik melalui tanah dan tanaman yang dikonsumsi hewan.

Untuk meningkatkan kesadaran akan risiko kesejahteraan hewan ternak di Lamu, peneliti berkolaborasi dengan Aliansi Seni dan Teater Lamu. Pada akhir November 2023, akan digelar sebuah sebuah pertunjukan yang diharapkan bisa menjadi medium edukasi efektif perihal polusi plastik pada hewan ternak.

"Inisiatif berbasis seni, khususnya seni visual, seni bercerita dan pertunjukan, memiliki daya tarik umum yang luas, mendobrak hambatan, dan sering kali menjangkau sejumlah besar masyarakat yang terkadang sulit dijangkau," kata Dr Cressida Bowyer, kolaborator project dan Wakil Direktur prakarsa penelitian Revolution Plastics di Universitas.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement