REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muslims for Shared Actions on Climate Impact (MOSAIC) menyatakan bahwa kolaborasi umat menjadi salah satu upaya efektif dalam mengatasi krisis iklim. Terlebih, seperti diungkap oleh riset Purpose, pemuka agama memiliki pengaruh yang kuat dalam membawa pesan perubahan iklim di Indonesia.
“Saya kira kita tidak dapat mengatasi perubahan iklim dan melindungi bumi, jika tidak ada kolaborasi. Makanya, saya tekankan bahwa kolaborasi itu adalah DNA Mosaic,” kata Koordinator Steering Committee Mosaic, Rika Novayanti, dalam sambutannya di acara peluncuran Wakaf Hutan Mosaic, Jakarta, Kamis (30/11/2023).
Menurut Rika, ada banyak ruang untuk melakukan aksi-aksi iklim yang dipandu oleh pemuka agama Islam. Mosaic sendiri, bersama para kolaborator, telah menginisiasi aksi mitigasi iklim seperti Sedekah Energi, Bengkel Hijrah Iklim, hingga Wakaf Hutan.
Rika mengungkapkan bahwa hingga saat ini, lebih dari 5.000 orang telah ikut menyumbangkan sejumlah dana pada program sedekah energi. Adapun hasil sumbangannya itu, Mosaic telah melakukan pemasangan solar panel di masjid daerah Bantul dan Lombok.
“Ini membuktikan bahwa ada banyak kesempatan yang bisa dilakukan oleh umat Muslim di Indonesia untuk solusi iklim,” kata dia.
Sementara itu, Bengkel Hijrah Iklim menjadi upaya untuk menggandeng anak-anak muda Indonesia untuk melakukan aksi bersama guna mengatasi perubahan iklim. Adapun Hutan Wakaf, ungkap Rika, diharapkan bisa menjadi upaya untuk melakukan deforestasi dan pemberdayaan masyarakat.
“Melalui hutan wakaf itu kami ingin menggunakan dana umat, untuk melakukan aksi solusi iklim. Yang ingin kita lakukan adalah untuk melakukan penguatan kapasitas, dan kita membeli sebidang tanah untuk deforestasi, dan pemberdayaan masyarakat di sana,” kata dia.
Dalam hal ini, Mosaic bekerja sama dengan Hutan Wakaf Bogor untuk mengimplementasikan program Hutan Wakaf. Ia berharap, aksi-aksi iklim yang diinisiasi Mosaic bisa membantu mengurangi pemanasan global dan mengatasi krisis iklim.