REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sektor industri atau perusahaan bertanggung jawab atas 74,5 persen emisi gas rumah kaca di atmosfer, menurut data World Resources Institutes (WRI). Atas dasar itulah, perusahaan-perusahaan didesak segera melakukan transisi dan menerapkan kerangka kerja yang lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Salah satu perusahaan yang sudah menerapkan prinsip keberlanjutan adalah Mowilex. Tahun ini, perusahaan cat premium tersebut bahkan berhasil meraih sertifikasi CarbonNeutral untuk kelima kalinya. Penilaian netral karbon Mowilex dilakukan oleh SCS Global Services – sebuah perusahaan sertifikasi lingkungan dan makanan berbasis di California, Amerika Serikat. SCS mengukur emisi gas rumah kaca perusahaan sesuai dengan CarbonNeutral Protocol dan diverifikasi berdasarkan ISO 14064-3.
Dengan mengantongi sertifikasi CarbonNeutral, Mowilex tidak hanya berhenti pada penghitungan dan penimbangan emisi scope 1, 2, dan 3. Lebih dari itu, melalui proyek offset yang mendukung nilai-nilai perusahaan, Mowilex menjunjung standar terverifikasi tertinggi, mendukung berbagai Sustainable Development Goals (UN SDGs), mempromosikan energi terbarukan, dan mewujudkan dampak positif di komunitas lokal. Mowilex juga memastikan bahwa setiap emisi dihitung, diverifikasi, dan di-offset sesuai dengan Carbon Neutral Protocol, menjadi satu elemen krusial dalam portofolio berbagai upaya Mowilex di dalam ranah Environmental Social Governance (ESG).
President Director sekaligus CEO Mowilex Indonesia, Niko Safavi, mengatakan bahwa raihan sertifikasi CarbonNeutral menjadi bukti nyata kepedulian Mowilex terhadap keberlanjutan planet Bumi dan kehidupan generasi mendatang.
“Kami ingin menunjukkan bahwa Mowilex saat ini menjadi pemimpin industri dalam hal pertanggungjawaban lingkungan. Hal ini direfleksikan oleh emisi karbon operasional kami yang telah diimbangi menjadi nol selama lima tahun berturut-turut. Mowilex yakin bahwa pelanggan kami, baik pemilik rumah, toko lokal, para generasi muda, atau pengembang proyek pemerintah, akan memperhatikan dan menghargai upaya ini,” kata Niko dalam konferensi pers di kawasan Kedoya, Jakarta Barat, Rabu (6/12/2023).
Untuk mendapat sertifikasi CarbonNeutral kelima di tahun 2023 ini, Mowilex telah mendukung National Solar Power Development Programme di India. Program Kegiatan (PoA) garapan PBB itu menghasilkan tenaga surya yang disuplai ke sistem jaringan listrik India. Dengan fokus pada energi terbarukan, proyek ini bertujuan mengurangi emisi gas rumah kaca dengan meningkatkan pemanfaatan sumber energi bersih sekaligus mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan dan memberikan kontribusi positif terhadap mitigasi perubahan iklim di India.
Dalam menekan jejak karbon, Mowilex Indonesia juga meresmikan pabrik yang hijau berbekal teknologi canggih di Cikande, Kabupaten Serang. Fasilitas ini mengintegrasikan pencahayaan alami untuk mengurangi konsumsi listrik dan menjaga suhu interior yang lebih sejuk. Forklift listrik juga digunakan untuk meningkatkan praktik produksi ramah lingkungan. Secara kolektif, inisiatif-inisiatif ini telah berkontribusi terhadap pengurangan emisi karbon hingga tujuh persen.
“Mowilex mencapai pengurangan penggunaan listrik sebesar 15 persen di pabrik Cikande pada tahun 2023 melalui analisis rinci dan pemasangan meteran listrik. Inisiatif ini melibatkan peningkatan otomatisasi pada sistem pendinginan, mencegah penggunaan berlebihan dan menjaga akurasi operasional dengan pasokan air dingin yang stabil selama produksi,” kata Niko.
Mowilex juga telah memasang panel surya di kantor pusat pada tahun 2022 untuk mengurangi emisi Scope 2. Pemasangan ini diharapkan dapat menurunkan emisi dari kantor pusat Mowilex hingga 30 persen pada tahun pelaporan keenam.
Selain proyek offset, Mowilex telah melangkah lebih jauh untuk mendapatkan Renewable Energy Credits (RECs) untuk Scope 2 dari Proyek Panas Bumi Lahendong (PLTP) yang dioperasikan oleh PLN untuk tahun pelaporan kelima. Inisiatif ini juga menandai kontribusi Mowilex dalam transisi energi terbarukan Indonesia.
Untuk diketahui, scope 1 merupakan emisi langsung yang berasal dari sumber-sumber internal perusahaan. Scope 2 adalah emisi tidak langsung yang berasal dari konsumsi energi yang dihasilkan di luar batas perusahaan, tetapi digunakan oleh perusahaan seperti konsumsi listrik dari pembangkit listrik eksternal. Lalu scope 3 diartikan sebagai emisi tidak langsung yang berasal dari aktivitas perusahaan, tetapi terjadi di luar batas perusahaan dan melibatkan pihak ketiga, termasuk rantai pasok, dan transportasi karyawan.