Kamis 07 Dec 2023 13:34 WIB

Peserta Bengkel Hijrah Iklim Pelajari Jurnalisme Investigasi

Saat ini tren jurnalisme investigasi adalah berkolaborasi.

Para peserta Bengkel Hijrah Iklim (BHI) 2.0 mendengarkan materi tentang jurnalisme investigasi oleh eks wartawan Jakarta Post, Bambang Muryanto, di Kampoeng Media, Sleman, Yogyakarta, Kamis (7/12/2023).
Foto: Republika/Fernan Rahadi
Para peserta Bengkel Hijrah Iklim (BHI) 2.0 mendengarkan materi tentang jurnalisme investigasi oleh eks wartawan Jakarta Post, Bambang Muryanto, di Kampoeng Media, Sleman, Yogyakarta, Kamis (7/12/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN — Acara Bengkel Hijrah Iklim (BHI) 2.0 memasuki hari ketiga, Kamis (7/12/2023). Pada acara yang digelar di Kampoeng Media, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ini peserta di antaranya belajar mengenai jurnalisme investigasi.

Pemateri yang merupakan eks wartawan Jakarta Post, Bambang Muryanto, mengungkapkan bahwa jurnalisme investigasi merupakan upaya mengungkap peristiwa yang mana publik belum tahu. Jurnalisme investigasi juga bisa dilakukan siapa aja, termasuk para pegiat iklim.

"Kasus (yang diinvestigasi) bisa baru atau lama tetapi publik atau masyarakat belum mengetahui bagaimana duduk persoalan kasus tersebut,” kata Bambang dalam paparannya, Kamis.

Bambang pun menegaskan bahwa jurnalisme investigasi tidak hanya bisa dilakukan oleh para wartawan saja. Warga biasa pun boleh mempraktikkannya. Kuncinya, seorang warga tersebut harus gemar membaca.

"Ibarat mobil, membaca adalah bahan bakarnya. Kalau kita tidak punya banyak pengetahuan maka kita tidak akan tahu apa yang terjadi di hadapan kita adalah dampak dari suatu masalah," kata Bambang yang aktif di AJI Yogyakarta tersebut.

Ia mengungkapkan bahwa saat ini tren jurnalisme investigasi adalah berkolaborasi baik antarmedia massa, kolaborasi media massa dengan NGO, dan kolaborasi antarmedia massa dengan NGO. "

"Karena saat ini persoalan (di tengah masyarakat) semakin membesar. Maka kolaborasi menjadi jalan keluar untuk memudahkan pekerjaan dan meminimalisir upaya kriminalisasi," kata Bambang.

Bambang pun memaparkan sejumlah langkah-langkah praktis melakukan investigasi di antaranya adalah mencari informasi awal, melakukan riset dokumen, serta melihat kondisi lapangan. Bambang pun menegaskan bahwa seorang pelaku investigasi harus siap menghadapi tantangan keamanan baik keamanan digital, keamanan fisik, dan psikososial.

"Kunci dari keberhasilan investigasi adalah ketelatenan dan kerja keras, rasa ingin tahu yang tinggi, tidak mudah percaya, punya keberanian, dan gigih," kata Bambang menutup materinya.

photo
Para peserta Bengkel Hijrah Iklim (BHI) 2.0 - (Republika/Fernan Rahadi)

Selain mendapatkan materi tentang jurnalisme investigasi, hari ini peserta juga mendapatkan materi tentang kampanye digital dari aktivis Purpose sekaligus founder Enter Nusantara, Elok Faiqotul Mutia. Rencananya, Jumat (8/12/2023) besok, para peserta akan melakukan perjalanan kunjungan ke lapangan ke Dieng, Jawa Tengah, dan Masjid Al Muharram, Bantul

Bengkel Hijrah Iklim merupakan satu inisiatif dari MOSAIC yang bertujuan memberdayakan dan menyiapkan anak muda Islam untuk menjadi pemimpin dalam solusi iklim di Indonesia. Tahun ini, Bengkel Hijrah Iklim mengangkat tema ‘Anak Muda dan Aksi Perubahan Iklim di Akar Rumput’.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement