REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman mengatakan, faktor ESG kini menjadi pertimbangan utama investor global dalam memilih investasi. Hal tersebut seiring dengan meningkatnya dampak pemanasan global.
"Secara tradisional, faktor utama yang dipertimbangkan investor ketika menentukan investasinya adalah keuntungan. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, investor juga mempertimbangkan faktor-faktor ESG," kata Iman di acara Mandiri Sustainability Forum (MSF), Kamis (7/12/2023).
Berdasarkan data BEI per November 2023, sekitar 44 persen emiten dengan risiko ESG rendah mengalami apresiasi harga saham secara year to date (ytd). Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan perusahaan dengan risiko ESG sedang dan tinggi, yaitu 40 persen dan 30 persen.
Sementara itu, dari sisi pertumbuhan pendapatan, emiten dengan risiko ESG rendah dan menengah memiliki kinerja keuangan yang lebih baik dengan distribusi yang lebih adil antara pertumbuhan pendapatan dan penurunan pendapatan.
Di sisi lain, penurunan pendapatan rata-rata lebih terlihat pada perusahaan dengan peringkat risiko Land Surfaces Temperature (LST) yang tinggi. Ini berarti transisi ke praktik bisnis berkelanjutan belum tentu berdampak negatif langsung terhadap kinerja keuangan.
"Dengan meningkatnya kesadaran di kalangan investor mengenai pentingnya menjalankan bisnis ESG, kami mengantisipasi aspek tersebut akan menjadi faktor penting dalam proses pengambilan keputusan mereka," ujar Iman.
BEI akan terus mendorong pemangku kepentingan untuk menerapkan ESG dalam bisnisnya. Dalam Laporan Risiko ESG pada 2022, BEI mendapat skor 16,9 atau masuk kategori risiko rendah, yang menunjukkan BEI menerapkan praktik keuangan berkelanjutan dan bertanggung jawab.
"Ini merupakan salah satu bukti upaya keberlanjutan kami dalam menciptakan lingkungan yang bertanggung jawab dan kredibel bagi partisipasi modal," kata Iman.