REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dari 100 miliar pakaian yang diproduksi setiap tahun, 92 juta ton berakhir di tempat pembuangan akhir, demikian menurut Ellen Macarthur Foundation. Sebagai gambaran, ini berarti setara dengan satu truk sampah yang penuh dengan pakaian yang berakhir di tempat pembuangan akhir setiap detiknya. Jika tren ini terus berlanjut, jumlah sampah fast fashion diperkirakan akan melonjak hingga 134 juta ton per tahun pada akhir dekade ini.
Lantas apa yang bisa kita lakukan untuk mengurangi limbah fashion? Salah satu cara termudah adalah dengan memulainya dari lemari kita. Co-founder Setali Indonesia, Intan Anggita Pratiwie, mengungkapkan bahwa setiap orang bisa mulai berkontribusi menekan limbah fashion dengan memilah pakaian yang sekiranya sudah tidak terpakai untuk kemudian didaur atau recycling.
“Jadi aksi paling sederhana untuk memulai adalah melihat isi lemari kamu, lihat baju mana yang sebenarnya sudah tidak terpakai, itu bisa dicoba untuk didaur daripada nantinya jadi limbah,” kata Intan saat diwawancarai Republika di kantor Setali di kawasan Cipete, Jakarta Selatan, Senin (11/12/2023).
Ketika sudah memilah pakaian lama yang akan didaur, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah merancang desain untuk menciptakan tampilan yang segar dan terasa baru. Menurut Intan, saat ini sudah ada banyak ide-ide recycle di media sosial termasuk di laman Setali Indonesia, yang bisa dijadikan referensi.
“Jadi, kalian tinggal cari referensi, terus belajar untuk mendaurnya. Kalau ada waktu yang agak banyak, kalian juga mulai belajar menjahit kembali, dan mulai memberanikan diri kalian untuk mencoba recycle,” kata Intan.
Selain melakukan recycle, cara lain untuk menekan limbah fashion adalah dengan merawat pakaian yang telah dibeli agar tidak mudah kusam atau rusak. Perawatan yang bisa dilakukan pun tidak muluk-muluk, misalnya, dengan mencuci pakaian dengan tangan, agar pakaian bisa lebih tahan lama. Kemudian saat dijemur dan disetrika, pakaian pun harus dibalik.
Ia juga menyarankan agar tidak mengenakan pakaian kerja atau pakaian terbaik untuk tidur. Menurut dia, ketika pakaian sudah dipakai untuk tidur, maka pakaian tersebut akan lebih cepat lecek dan warnanya memudar.
"Nah, kalian juga bisa melakukan perbaikan kalau semisal bajunya bolong atau robek. Kalau bisa jahit ya jahit sendiri, tapi kalau enggak bisa, kalian bisa menggunakan jasa vermak atau tukang jahit keliling. Dengan cara-cara seperti ini, kita bisa berkontribusi menekan limbah fashion,” ujar Intan.