REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyatakan penghentian penggunaan bahan bakar fosil tak dapat dihindari dan era bahan bakar fosil harus diakhiri dengan keadilan dan kesetaraan. Pernyataan itu disampaikan Guterres menanggapi pengesahan dokumen hasil konferensi perubahan iklim COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab, Rabu (14/12/2023).
"Bagi mereka yang menentang rekomendasi jelas mengenai pengakhiran pemakaian bahan bakar fosil dalam teks COP28, saya ingin katakan bahwa penghentian penggunaan bahan bakar fosil tidak dapat dihindari, suka atau tidak. Mudah-mudahan upaya ini tidak terlambat,” kata Guterres dalam laman PBB.
Guterres mengatakan bahwa secara ilmiah sudah jelas bahwa upaya membatasi pemanasan global agar tidak melebihi 1,5 derajat Celcius tidak akan mungkin terjadi tanpa penghapusan semua bahan bakar fosil secara bertahap.
Ia juga menekankan pentingnya memberikan keadilan pendanaan iklim kepada mereka yang paling terdampak oleh perubahan iklim.
"Banyak negara rentan terlilit utang dan berisiko tenggelam akibat permukaan air laut yang naik. Sudah waktunya meningkatkan pendanaan, termasuk (pendanaan) untuk adaptasi, kerugian, dan kerusakan serta reformasi arsitektur keuangan internasional," kata dia.
COP28 Dubai, yang berlangsung sejak 30 November 2023, berakhir dengan seruan berpaling dari bahan bakar fosil. COP28 yang seharusnya berakhir Selasa, ditunda karena negosiasi yang alot mengenai apakah hasil konferensi itu akan menyerukan kata 'mengurangi' atau 'menyudahi penggunaan' bahan bakar fosil, seperti minyak, gas, dan batu bara.
Kepala Strategi Politik Global Climate Action Network International, Harjeet Singh, menyambut baik dokumen final COP28 yang menyoroti bahan bakar fosil sebagai penyebab utama krisis iklim. Dia mengatakan arahan beralih dari batu bara, minyak, dan gas adalah langkah penting yang lama tertunda.
"Namun, resolusi ini masih memberi celah yang memberikan banyak jalan keluar bagi industri bahan bakar fosil, dengan mengandalkan teknologi yang belum terbukti dan tidak aman," kata Singh kepada UN News.
Singh juga mengkritik apa yang dianggapnya sebagai kemunafikan negara-negara kaya karena mereka terus memperluas penggunaan bahan bakar fosil secara besar-besaran dan sekadar basa-basi terhadap transisi ramah lingkungan.
Negara-negara berkembang yang masih menggunakan bahan bakar fosil tidak memiliki jaminan bahwa mereka bakal mendapatkan dukungan keuangan yang cukup untuk beralih ke energi terbarukan, tambah Singh.