Selasa 19 Dec 2023 10:21 WIB

Bring the Barrel Home, Pertamina

Produksi minyak Pertamina dari aset lapangan luar negeri terus naik.

Pekerja PT Pertamina. Kontribusi lapangan minyak luar negeri mencapai 27 persen dari total produksi minyak mentah Pertamina.
Foto: ANTARA/Nova Wahyudi
Pekerja PT Pertamina. Kontribusi lapangan minyak luar negeri mencapai 27 persen dari total produksi minyak mentah Pertamina.

Oleh : Elba Damhuri, Pemimpin Redaksi Republika

REPUBLIKA.CO.ID, --- Ketika penulis meliput sektor energi dan migas pada awal 2000-an, Pertamina menjadi target paling dicari para jurnalis. Pada saat itu, setidaknya Pertamina dikenal dalam tiga hal. 

Pertama, Pertamina dicap sebagai BUMN tidak efisien. Kedua, banyak kasus besar di Pertamina. Dan ketiga, Pertamina disebut hanya jago kandang dan kerap dibanding-bandingkan dengan Petronas Malaysia.

Saya tidak akan membahas poin pertama dan kedua pada ulasan ini. Yang menarik perhatian penulis ada di nomor tiga: Pertamina yang disebut-sebut hanya jago kandang sejak era 1990-an hingga awal 2000-an. Narasi Pertamina go global hanya dianggap angin lalu saja.

Petronas menjadi pembanding utama Pertamina. Pada saat itu, Petronas sudah beroperasi di puluhan  negara sementara Pertamina baru di satu-dua negara yang bisa dihitung jari. Plot twist-nya juga, sebelum sebesar itu, Petronas belajar sangat dalam dari Pertamina namun kemudian dia tumbuh lebih besar.

Tapi itu masa lalu. Pertamina kini bukan Pertamina dulu. Saya agak kaget ketika dalam satu rapat dengar pendapat (RDP) dengan DPR, Dirut Pertamina Nicke Widyawati menyebut produksi minyak Pertamina dari aset lapangan luar negeri terus naik.

Bahkan, kata Dirut Pertamina, kontribusi lapangan minyak luar negeri mencapai 27 persen dari total produksi minyak mentah Pertamina. Tentu ini kabar gembira bagi Indonesia yang ingin menguatkan visi ketahanan energi, transisi energi, hingga kedaulatan energi.

Dari mana saja produksi minyak itu? Hingga saat ini, Pertamina memiliki proyek dan aset lapangan migas tersebar di 13 negara yaitu Aljazair, Malaysia, Irak, Kanada, Prancis, Italia, Namibia, Tanzania, Gabon, Nigeria, Kolombia, Angola dan Venezuela. Jumlah ini akan bertambah seiring ekspansifnya Pertamina.

Di Aljazair, Pertamina telah mengelola operasi lapangan migas secara penuh sejak 2014 dengan total participating interest 65 persen. Pertamina mengelola lapangan Menzel Ledjmet Nord (MLN) yang terletak di Gurun Sahara, Aljazair.

Blok ini memiliki kapasitas minyak sebesar 35 barel minyak per hari dan telah memiliki memiliki 58 solar panel yang menghasilkan 1,141 kilowatt hour (kWh) per tahun. Ini berdampak pada penurunan emisi hingga 7.507 ton CO2 per tahunnya.

Penulis memprediksi hasil produksi minyak lapangan luar negeri ini masih akan naik untuk mengejar target produksi minyak satu juta barel per hari. Minyak ini kemudian dibawa ke Indonesia untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, yang disebut Dirut Pertamina sebagai program 'bring the barrel home'.

photo
Produksi Minyak Pertamina Lapangan Luar Negeri - (Republika)

 

Buat penulis, langkah besar Pertamina menerobos empat benua dan belasan negara untuk menggali ladang migas memberikan dampak bagi ekonomi nasional. Setidaknya, ketergantungan terhadap minyak impor makin berkurang. Kebutuhan BBM nasional bisa dipenuhi dari produksi perusahaan nasional. Ketahanan energi makin kuat.

Kedua, neraca pembayaran Indonesia akan semakin sehat mengingat transaksi besar impor bisa dikurangi. Lebih jauhnya, nilai tukar rupiah yang selama ini ikut fluktuatif karena tingginya kebutuhan dolar AS untuk impor, bisa jauh lebih stabil. 

Ketiga, transisi energi makin berjalan mulus dengan fokus pada energi baru terbarukan (EBT). Modal Pertamina yang besar bisa difokuskan untuk investasi di energi baru terbarukan ini. 

Keempat, penguatan energi dalam negeri makin menguatkan tumbuh suburnya industri lain seperti baterai listrik sebagai sumber energi utama lainnya. Pertamina pun tampil sebagai salah satu pemain utama di industri masa depan ini.

Pertanyaannya, mengapa Pertamina bisa menembus dimensi global yang bahkan 15-20 tahun lalu tidak terbayangkan? Kata kuncinya ada pada inovasi, tranformasi, sumber daya manusia, dan visi misi kuat.

Menteri BUMN Erick Thohir sangat percaya Pertamina bisa berkompetisi di level global dengan segala sumber daya yang dimilikinya. Menurut Erick Thohir, Pertamina memiliki modal kuat dari sumber daya manusianya, teknologi, hingga terobosan-terobosan yang dibuat. 

Pernyataan Erick Thohir bukan klaim semata. Fortune Global kembali memasukkan Pertamina sebagai satu-satunya perusahaan Indonesia dalam dafatr top 500 mereka pada 2023. Dan, Dirut Pertamina kembali terpilih sebagai salah satu wanita berpengaruh di dunia versi majalah Forbes, dalam The World's 100 Most Powerful Women 2023.

Tentu, jalan Pertamina masih panjang, penuh liku, dan tidak mudah. Karena itu, semua anak bangsa harus terus kawal Pertamina, kawal Indonesia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement