REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dari letaknya yang strategis, Terusan Panama telah lama menjadi arteri penting dalam perdagangan global dengan memperpendek pelayaran sebanyak 13 ribu kilometer sejak tahun 1914 dan menyaksikan lebih dari 14 ribu kapal melewati pintu-pintu air tersebut setiap tahunnya. Namun saat ini, Terusan Panama menghadapi ancaman krisis air yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Biasanya, kanal ini beroperasi dengan air yang melimpah, sehingga memudahkan lewatnya kapal-kapal besar dan mendukung penduduk lokal. Namun, tahun 2023 telah menandai perubahan drastis. Danau Gatun, sumber air penting bagi kanal dan separuh penduduk Panama, mengalami rekor ketinggian air terendah.
Dilansir One Green Planet, Kamis (28/12/2023), krisis ini telah menyebabkan berkurangnya jumlah kapal yang dapat melintasi terusan tersebut, turun dari kapasitas normal 36 kapal per hari menjadi hanya 18 kapal. Hambatan yang diakibatkannya bukan hanya ketidaknyamanan namun juga gangguan kritis terhadap rantai pasokan global, dengan dampak ekonomi yang dirasakan mulai dari produsen di Asia Timur hingga konsumen Amerika.
Situasi ini diperburuk oleh serangkaian risiko yang terus meningkat. Kepadatan yang berlebihan di pintu air masuk terusan meningkatkan kemungkinan kecelakaan laut, sementara para pedagang harus menghadapi penundaan pengiriman dan kenaikan biaya.
Beberapa perusahaan, yang sangat ingin menjaga jadwal, memilih rute yang lebih panjang dan berbahaya, sehingga kian membebani sistem perdagangan global yang sudah sangat lemah. Skenario ini memberikan gambaran suram bagi perdagangan internasional, yang menunjukkan meningkatnya harga komoditas dan kekurangan barang konsumsi, terutama pada saat musim permintaan tinggi seperti Natal dan Tahun Baru.
Penderitaan Terusan Panama menjadi pengingat akan dampak perubahan iklim yang lebih luas terhadap infrastruktur global. Apa yang tadinya merupakan simbol kemenangan manusia atas tantangan alam, kini menjadi bukti perubahan realitas lingkungan di zaman sekarang.
Ketika dunia menyaksikan krisis yang sedang berlangsung ini, pertanyaan yang muncul adalah: apakah tantangan-tantangan ini merupakan sebuah anomali sementara atau sebuah gambaran normal baru dalam perdagangan global, yang ditentukan oleh iklim yang semakin tidak dapat diprediksi? Hanya waktu yang akan menjawabnya. Namun yang jelas, stabilitas perdagangan internasional seperti Terusan Panama sangat terkait dengan perubahan iklim.