Rabu 03 Jan 2024 21:58 WIB

China Nyatakan 2023 Sebagai Tahun Terpanas, Suhu Nasional Capai 10,7 Derajat Celsius

Ratusan stasiun cuaca di China catat rekor suhu panas selama 2023.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Suhu rata-rata nasional China tahun lalu adalah 10,7 derajat Celcius, melebihi rekor 10,5 derajat Celcius yang ditetapkan pada tahun 2021.
Foto: www.freepik.com
Suhu rata-rata nasional China tahun lalu adalah 10,7 derajat Celcius, melebihi rekor 10,5 derajat Celcius yang ditetapkan pada tahun 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suhu rata-rata China pada tahun 2023 adalah yang terpanas sejak pencatatan dimulai, demikian menurut Pusat Iklim Nasional Beijing. Suhu rata-rata nasional China tahun lalu adalah 10,7 derajat Celsius, melebihi rekor 10,5 derajat Celsius yang ditetapkan pada tahun 2021.

Suhu yang mencapai rekor tersebut merupakan bagian dari serangkaian peristiwa ekstrem yang belum pernah terjadi sebelumnya pada tahun lalu di seluruh dunia, termasuk gelombang panas, kekeringan, dan kebakaran hutan yang menurut para ilmuwan dipicu oleh perubahan iklim.

Baca Juga

"Suhu di sebagian besar wilayah negeri ini lebih tinggi 0,5 derajat Celsius hingga 1 derajat Celsius," demikian kata lembaga iklim Beijing seperti dilansir Channel News Asia, Rabu (3/1/2024).

Di seluruh Cina, 127 stasiun cuaca nasional memecahkan rekor suhu tinggi harian selama tahun 2023. Beijing memecahkan rekor yang sudah ada selama 23 tahun pada bulan Juli, dengan 27 hari berturut-turut dengan suhu di atas 35 derajat Celsius.

Rekor-rekor terus berlanjut seiring berjalannya tahun, dengan Beijing mencatat hari terpanas yang pernah terjadi pada akhir Oktober. Para ahli memperingatkan bahwa pemanasan global yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca membuat cuaca ekstrem lebih mungkin terjadi.

China adalah penghasil gas rumah kaca terbesar di dunia yang mendorong perubahan iklim, seperti karbon dioksida. Sebuah studi yang dirilis bulan lalu menemukan bahwa polusi udara di negara tersebut memburuk pada tahun 2023, yang merupakan pertama kalinya terjadi dalam satu dekade.

Namun demikian, China juga telah meningkatkan penggunaan energi terbarukan dalam beberapa tahun terakhir, sehingga menjadi produsen energi angin dan surya terbesar di dunia.

Sebelumnya pada November, Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) mengatakan bahwa China kemungkinan besar akan memenuhi komitmen iklimnya. UNEP mencatat, lebih dari setengah kapasitas pembangkit listrik yang terpasang saat ini berasal dari sumber bahan bakar non-fosil, lebih cepat dari target tahun 2025, dan pangsa tersebut diperkirakan akan terus meningkat.

Namun, permintaan energi yang terus meningkat dan masalah keamanan energi telah mendorong ekspansi yang berkelanjutan dan bahkan kelebihan kapasitas pembangkit listrik tenaga batu bara, UNEP memperingatkan. Selain panas yang memecahkan rekor, tahun 2023 juga terjadi banjir besar di bagian utara Cina.

Sementara di musim dingin, hawa dingin yang ekstrem memaksa pihak berwenang mengeluarkan peringatan di seluruh wilayah, dengan suhu terendah sepanjang masa pada bulan Desember yang tercatat di beberapa tempat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement