REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana dan Geologi (PVMBG) kembali mengingatkan masyarakat terutama yang menetap dalam jangkauan radius 4,5 kilometer dari kawah verbeek terkait potensi ancaman erupsi Gunung Marapi. "Potensi yang hingga kini masih harus terus diwaspadai yakni lontaran material pijar, abu vulkanik dan lahar dingin," kata Ketua Tim Tanggap Darurat Erupsi Gunung Marapi dari PVMBG Kristianto di Padang, Kamis (11/1/2024).
Khusus abu vulkanik, kata Kristianto, sebarannya tergantung dari arah angin. Kemudian untuk lahar dingin hal tersebut harus menjadi perhatian masyarakat yang bermukim di sekitar aliran sungai yang berhulu dari Gunung Marapi. Potensi lahar dingin tersebut harus terus diwaspadai mengingat intensitas curah hujan yang cukup tinggi selama beberapa hari terakhir.
Berdasarkan catatan PVMBG intensitas hembusan abu vulkanik yang teramati secara visual maupun kegempaan masih terus terjadi hingga kini. Termasuk juga aktivitas gempa vulkanik yang masih terekam.
"Artinya suplai magma masih terekam cukup signifikan," ujar dia.
Sejak Gunung Marapi erupsi pada Ahad (3/12/2023) PVMBG mencatat satu kali semburan lava pijar. Namun, hal itu bisa saja lebih akan tetapi tidak teramati karena tertutup awan.
Terpisah, Epidemiolog dari Universitas Andalas (Unand) Sumatra Barat, Defriman Djafri, mengatakan potensi gas beracun yang muncul dari erupsi Gunung Marapi bisa menimbulkan atau memicu toksisitas pada tubuh manusia.
"Perlu diwaspadai karena ada potensi gas beracun yang bisa menimbulkan toksisitas," kata Defriman Djafri.
Toksisitas merupakan kemampuan suatu zat atau bahan yang mengakibatkan ketidaknyamanan, kesakitan bahkan kematian pada manusia maupun hewan. Guna mencegah paparan gas beracun, Defriman menyarankan masyarakat yang berada di sekitar Gunung Marapi untuk selalu menggunakan masker medis atau masker yang memiliki filter ganda.
"Perlu diketahui juga tidak semua masker bisa memproteksi diri dari senyawa gas beracun," kata dia.