Senin 15 Jan 2024 19:45 WIB

Potensi Besar, Indonesia Punya 40 Persen Cadangan Panas Bumi Dunia

Ada enam energi terbarukan di Indonesia yang bisa dioptimalkan.

Pembangkit listrik panas bumi berpotensi menjadi andalan dalam transisi energi.
Foto: Pertamina
Pembangkit listrik panas bumi berpotensi menjadi andalan dalam transisi energi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia menjadi negara yang memiliki potensi cadangan panas bumi sangat besar yakni 40 persen cadangan geotermal atau panas bumi dunia ada di Tanah Air. Selain panas bumi, ada juga energi terbarukan lain yang telah dimanfaatkan, yakni tenaga surya dan hidro walau masih terbatas.

"Secara total, potensi energi bersih yang Indonesia miliki adalah sebesar 3.687 gigawatt (GW). Namun yang baru dimanfaatkan hanya mencapai 12,6 GW atau hanya sebesar 0,3 persen dari total potensi yang dimiliki," kata Direktur Eksekutif Traction Energy Asia Tommy Pratama dalam keterangan di Jakarta, Senin (15/1/2024).

Baca Juga

Menurutnya, Indonesia dengan kekayaan alam hutan yang ada, bisa menjadi pelopor dalam transisi energi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Selain mengurangi ketergantungan terhadap energi kotor, juga bisa mengelola sumber daya energi bersih untuk mempertahankan hidup orang banyak.

Tommy mengungkapkan, ada enam energi terbarukan di Indonesia yang bisa dioptimalkan. Pertama, geotermal atau panas bumi. Indonesia menjadi negara kedua dalam hal kapasitas terpasang energi panas bumi, setelah Amerika Serikat.

Sebagai pembangkit listrik, perkiraan sumber daya dan cadangan sebesar 28.000 megawatt (MW). Potensi sumber daya panas bumi terkini, menurut laporan Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) sekitar 25.600 MW.

Kedua, energi surya. Indonesia menjadi negara dengan serapan tenaga surya terbesar di ASEAN. Rata-rata intensitas radiasi 4,8 kWh/m2/hari setara dengan 112.000 GWp (10 kali lipat potensi Jerman).

Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Papua memiliki potensi energi surya tertinggi sebesar 5,7 kWh/m2/hari, dan Bogor di Jawa Barat terendah sebesar 2,56 kWh/ m2/hari. PLTS sangat cocok untuk menjadi sumber listrik wilayah pedesaan yang hanya memiliki 1 MW PLTS dengan kebutuhan lahan seluas 1-2 hektare.

Ketiga, energi hidro. Sebagai pembangkit listrik, energi hidro atau tekanan air, memiliki potensi yang lebih besar dibandingkan energi panas bumi. Diperkirakan mencapai sekitar 75.000 MW. Saat ini energi hidro menjadi sumber energi terbarukan yang paling banyak dimanfaatkan di Indonesia, dengan total kapasitas terpasang sekitar 6.000 MW.

Keempat, gelombang laut. Potensi pembangkitan energi gelombang di perairan Indonesia cukup besar. Rata-rata tinggi gelombang berkisar 2-2,5 meter di Selatan Laut Jawa dan 4-5 meter di lepas pantai barat Sumatera di Samudera Hindia.

Percobaan menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut - Sistem Bandulan (PLTGL-SB) horizontal (sistem pendulum) oleh Zamrisyaf (pemilik Paten No. HAKI P00200200854) mampu menghasilkan listrik sebesar 3 kW untuk penerangan bagi 20 rumah.

Kelima, aliran laut pasang surut ditambah arus laut. Penyimpanan arus pasang surut energi hidrokinetik, dan dengan menggunakan sistem pendulum (PLTGL-SB) dapat diubah secara vertikal menjadi tenaga listrik. Ini tergantung pada kepadatan fluida, penampang aliran, dan kecepatan aliran.

Proyek pembangkit listrik swasta berbasis laut, yang disebut Tidal Bridge Indonesia akan menjadi proyek PLTGL pertama di Indonesia dan terbesar di dunia, dengan potensi menghasilkan 20 MW.

Terakhir, panas laut. Indonesia mempunyai potensi terbesar di dunia, memanfaatkan energi laut dari Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC). Penelitian tersebut dilakukan di 17 lokasi seberang Indonesia.

Mulai dari pesisir barat Sumatera, selatan Jawa, Sulawesi, Maluku Utara, Bali dan Nusa Tenggara Tengah (NTT). Diperkirakan potensi energinya sekitar 41 GW. Selain menghasilkan listrik, proses OTEC juga menghasilkan air murni akibat penguapan air laut.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement