Ahad 21 Jan 2024 11:15 WIB

Australia Dilanda Gelombang Panas, Tingkatkan Risiko Kebakaran Hutan

Di Australia Barat, daerah terpencil dapat mencapai suhu hingga 40 derajat Celcius.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Gita Amanda
 Gelombang panas diprakirakan akan melanda sebagian besar wilayah Australia pada Ahad, (ilustrasi)
Foto: www.freepik.com
Gelombang panas diprakirakan akan melanda sebagian besar wilayah Australia pada Ahad, (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gelombang panas diprakirakan akan melanda sebagian besar wilayah Australia pada Ahad, demikian menurut badan meteorologi Australia atau Bureau of Meteorology. Hal ini meningkatkan risiko kebakaran hutan di musim kebakaran yang sudah berisiko tinggi di tengah pola cuaca El Nino.

Peringatan gelombang panas pada tingkat "ekstrem" (peringkat bahaya tertinggi) diberlakukan untuk hari kedua di beberapa bagian Australia Barat dan diperluas ke Australia Selatan, sementara wilayah Queensland, New South Wales dan Northern Territory berada di bawah peringatan "parah".

“Di Australia Barat, daerah terpencil Pilbara dan Gascoyne dapat mencapai suhu hingga 40 derajat Celcius pada Ahad,” ungkap prakirawan cuaca seperti dilansir Reuters, Ahad (21/1/2024).

Sekitar 1.500 kilometer di utara ibu kota negara bagian Perth, di kota pertambangan Pilbara, Paraburdoo, suhu maksimum diperkirakan mencapai 48 derajat Celcius, lebih tinggi 7 derajat di atas suhu maksimum rata-rata bulan Januari, menurut data prakiraan cuaca. Suhu di sana adalah 31,1 derajat Celcius pada pukul 6.30 pagi waktu setempat.

Suhu tertinggi di Australia yang tercatat adalah 50,7 derajat Celcius tercatat di Bandara Onslow Pilbara pada 13 Januari 2022. 

Di pantai timur, beberapa bagian ibukota New South Wales, Sydney, pada Ahad diprakirakan akan mencapai suhu 40 derajat Celcius, hampir 10 derajat Celcius di atas suhu maksimum rata-rata di bulan Januari.

“Kondisi yang panas dan kering meningkatkan risiko kebakaran hutan di beberapa daerah, karena Australia mengalami peristiwa cuaca El Nino, yang biasanya dikaitkan dengan fenomena ekstrem seperti kebakaran hutan, topan, dan kekeringan,” ungkap prakirawan cuaca.

Dua musim kebakaran hutan terakhir di Australia lebih kecil dibandingkan dengan "Black Summer" 2019-2020 ketika kebakaran hutan menghancurkan area seluas Turki, menewaskan 33 orang, 3 miliar hewan, dan triliunan invertebrata.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement