REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Azerbaijan mengumumkan bahwa 12 perempuan telah ditambahkan ke dalam komite COP29. Berita ini muncul setelah Azerbaijan menghadapi reaksi keras lantaran sebelumnya hanya memilih laki-laki untuk menjadi anggota komite COP29 yang akan diselenggarakan akhir tahun ini.
Bias gender ini dikecam oleh para pegiat kampanye sebagai sesuatu yang regresif. Kelompok She Changes Climate menyatakan bahwa perubahan iklim mempengaruhi seluruh lapisan masyarakat global, bukan hanya separuhnya.
Presiden Ilham Aliyev juga telah menambahkan satu orang lagi ke dalam panel tersebut, sehingga totalnya menjadi 29 pria dan 12 wanita. Para anggota komite sebagian besar adalah menteri atau pejabat pemerintah, termasuk kepala dinas keamanan negara. Wakil Menteri Ekologi dan Sumber Daya Alam, Umayra Taghiyeva, dan Komisaris Hak Asasi Manusia, Sabina Aliyeva, kini juga termasuk di antara mereka.
Pada awal pekan ini, Azerbaijan mengumumkan bahwa anggota komite COP29 terdiri atas seluruhnya laki-laki. Kelompok kampanye iklim, She Changes Climate, yang mempublikasikan sebuah pernyataan di media sosial X, yang sebelumnya dikenal dengan nama Twitter.
"Komite ini merupakan langkah mundur dalam perjalanan menuju kesetaraan gender dalam iklim; tetapi masih ada waktu untuk perubahan. Kami meminta representasi yang setara dalam tata kelola pembicaraan iklim tahun ini, karena perubahan iklim mempengaruhi seluruh dunia, bukan hanya separuhnya,” kata She Changes Climate.
Kelompok-kelompok lain juga menentang keputusan tersebut. Partai Kesetaraan Perempuan yang berbasis di Inggris, Women’s Equality Party mengatakan bahwa Perempuan terkena dampak perubahan iklim yang tidak proporsional.
"Jadi apa ide revolusioner komite COP29 untuk menyelamatkan planet ini? Mengecualikan perempuan dari pengambilan Keputusan?” kata partai tersebut dalam cicitannya di X, sebelumnya dikenal Twitter.
She Changes Climate menyambut baik berita bahwa perempuan kini telah dilibatkan ke meja perundingan, namun mereka mengatakan bahwa perubahan tersebut tidak cukup jauh.
"Ini adalah kemajuan yang positif tetapi kita masih jauh dari keseimbangan gender 50:50. Ini adalah perbaikan yang cepat tetapi tidak cukup," kata salah satu founder She Change Climate, Elise Buckle, seperti dilansir Euro News, Selasa (23/1/2024).
Tahun lalu, negara tuan rumah COP28, Uni Emirat Arab, menunjuk komite penyelenggara yang terdiri dari 63 persen perempuan. Namun, perempuan memiliki sejarah kurang terwakili dalam pembicaraan iklim utama dan hanya lima orang yang terpilih sebagai presiden dalam 29 tahun penyelenggaraan acara tersebut.
Tahun ini, mantan eksekutif minyak negara Mukhtar Babayev akan memimpin perundingan sebagai presiden yang ditunjuk oleh COP29. Saat ini ia menjabat sebagai Menteri Ekologi dan Sumber Daya Alam Azerbaijan.
"Kami sekali lagi meminta adanya firewall antara industri bahan bakar fosil dan kepresidenan COP karena integritas lingkungan masih menjadi perhatian kami dan banyak organisasi masyarakat sipil," She Changes Climate menambahkan dalam pernyataannya.
Komite COP29 bertanggung jawab untuk mempersiapkan dan mengimplementasikan Rencana Aksi yang mengatur organisasi dan pelaksanaan pertemuan tersebut. Ini adalah tahun kedua berturut-turut pertemuan iklim utama PBB diselenggarakan oleh sebuah petrostate. Azerbaijan sangat bergantung pada bahan bakar fosil dan merupakan wilayah penghasil minyak tertua di dunia.