Kamis 25 Jan 2024 20:22 WIB

Studi: Perubahan Iklim Memicu Rekor Kekeringan di Hutan Hujan Amazon

Pemanasan global membuat kekeringan 30 kali lebih mungkin terjadi.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Gita Amanda
Perubahan iklim adalah penyebab utama rekor kekeringan di hutan hujan Amazon, (ilustrasi)
Foto: AP Photo/Edmar Barros
Perubahan iklim adalah penyebab utama rekor kekeringan di hutan hujan Amazon, (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perubahan iklim adalah penyebab utama rekor kekeringan di hutan hujan Amazon yang telah mengeringkan sungai, membunuh lumba-lumba yang terancam punah, dan menyengsarakan kehidupan jutaan orang di wilayah tersebut. Hal ini merujuk pada hasil analisa terbaru dari para ilmuwan internasional di World Weather Attribution.

Dalam laporan tersebut, terungkap pemanasan global membuat kekeringan 30 kali lebih mungkin terjadi, mendorong suhu tinggi yang ekstrem dan berkontribusi pada curah hujan yang lebih rendah. Studi ini difokuskan pada Juni hingga November tahun lalu.

Baca Juga

“Kekeringan yang melanda sembilan negara hutan hujan Amazon, termasuk Brazil, Kolombia, Venezuela, dan Peru, diperkirakan akan memburuk pada 2024 setelah musim hujan mulai berhenti pada Mei,” kata para ilmuwan seperti dilansir Reuters, Kamis (25/1/2024).

Perlindungan Amazon, hutan hujan terbesar di dunia, dianggap penting untuk mengekang perubahan iklim karena sejumlah besar gas rumah kaca yang diserap pohon-pohonnya. Kekeringan mengurangi permukaan sungai di beberapa bagian wilayah ke titik terendah dalam catatan.

"Kita harus benar-benar khawatir dengan kekeringan yang terjadi di hutan Amazon," kata Regina Rodrigues, rekan penulis studi dan peneliti di Federal University of Santa Catarina di Brazil.

Para peneliti mengatakan, kekeringan dapat memperburuk kebakaran hutan, yang bila digabungkan dengan perubahan iklim dan deforestasi dapat mendorong Amazon pada titik kritis. Itu artinya Amazon tidak bisa kembali “sehat” setelah bioma mengering, dan berhenti menjadi hutan hujan yang rimbun.

Selain itu, menurut studi, pemanasan berkala di Samudra Pasifik Timur yang dikenal sebagai El Nino juga berkontribusi terhadap penurunan curah hujan, meskipun tidak pada suhu yang lebih tinggi.

“Sementara wilayah ini telah menghadapi setidaknya tiga kekeringan hebat lainnya dalam 20 tahun terakhir, ruang lingkup kekeringan ini belum pernah terjadi sebelumnya dan mempengaruhi seluruh lembah Amazon,” kata Rodrigues.

Di Brazil, anak sungai utama sungai Amazon jatuh ke titik terendah sejak pencatatan dimulai pada tahun 1902, dengan aliran yang lebih kecil hampir menghilang.

"Saluran air mengering dalam hitungan bulan. Orang-orang terpaksa menyeret perahu di atas bagian sungai yang kering untuk mengakses makanan, obat-obatan dan barang-barang penting lainnya," kata Simphiwe Stewart, seorang peneliti di Red Cross Red Crescent Climate Center yang berbasis di Belanda dan rekan penulis studi.

Para peneliti di Brazil mengatakan tingkat air yang rendah dan suhu tinggi menyebabkan kematian setidaknya 178 lumba-lumba di sungai Amazon tahun lalu. Ribuan ikan juga mati karena kadar oksigen yang rendah di anak-anak sungai Amazon.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement