Sabtu 27 Jan 2024 07:05 WIB

Ilmuwan Temukan Teknologi Bantu Tanaman Kopi Bertahan di Tengah Perubahan Iklim

Kopi menjadi tanaman yang cukup rentan bertahan di tengan krisis iklim.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Petani menjemur biji kopi arabika (ilustrasi).
Foto: ANTARA/Syifa Yulinnas
Petani menjemur biji kopi arabika (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan berhasil mengungkap rahasia genetik kopi dalam sebuah studi yang menurut mereka dapat membuka jalan untuk menghasilkan seduhan yang lebih nikmat. Para peneliti di Italia menyusun peta genetik paling lengkap untuk kopi Arabika, minuman paling populer di dunia.

Wawasan baru mengenai susunan genetik tanaman ini akan membantu dalam pemuliaan tanaman kopi baru. Selain itu, juga dapat menghasilkan tanaman kopi yang dapat bertahan lebih baik di dunia yang semakin memanas.

Baca Juga

"Kami telah menghasilkan peta sekuens baru kopi, Arabika. Alat ini dapat memberi cara untuk menyediakan tanaman kopi yang lebih nikmat serta tahan saat menghadapi kondisi iklim yang berubah,” kata Dr Michele Morgante dari University of Udine di Italia seperti dilansir BBC, Sabtu (27/1/2024).

Penelitian ini menggunakan teknologi pengurutan DNA terbaru untuk meneliti susunan genetik tanaman kopi Arabika dengan detail, yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pengetahuan ini memungkinkan para ilmuwan untuk mengasah gen-gen yang penting dalam produksi kopi, seperti rasa manis dan lembut yang khas dari seduhannya.

Hal ini juga dapat membantu para petani kopi mengembangkan varietas kopi baru dengan rasa dan aroma tertentu, serta yang mampu mentolerir kondisi pertumbuhan yang lebih sulit. Meningkatnya suhu dan curah hujan yang tidak dapat diprediksi mengubah kondisi di mana tanaman kopi ditanam, yang menyebabkan penurunan hasil panen dan peningkatan serangan hama dan penyakit.

“Penelitian ini merupakan langkah maju yang penting dalam pemahaman kita mengenai keanekaragaman genetik kopi yang dapat membantu memandu pengembangan masa depan spesies tanaman yang penting secara ekonomi dan sangat digemari ini,” Dr Aaron Davis dari Royal Botanic Gardens.

Jeremy Torz, salah satu pendiri bisnis roasting kopi yang berbasis di London, Union Hand-roasted Coffee, mengatakan bahwa sebagian besar dari apa yang kita nikmati dari kopi merupakan hasil kerja para petani kopi. Karenanya, ilmu pengetahuan akan membantu mereka mengembangkan tanaman yang sesuai untuk menghasilkan kopi yang baik di lingkungan yang terus berubah.

"Ini adalah jaminan bahwa dengan kombinasi ilmu pengetahuan yang baik dan petani yang bersemangat, minuman yang kita sukai akan ada dalam bentuk yang kita kenal lebih lama lagi," kata Torz.

Lantas apa itu kopi Arabika? Biji kopi Arabika dianggap memiliki cita rasa yang superior. Kopi ini ditanam di pegunungan dan menyumbang lebih dari 60 persen produksi kopi dunia.

Arabika memiliki ketahanan yang terbatas terhadap perubahan iklim. Para petani telah merasakan dampak dari peningkatan suhu dan curah hujan yang rendah atau tidak menentu. Ancaman lain terhadap produksi kopi termasuk fluktuasi harga, hama dan penyakit, dan cuaca ekstrem.

Sebagian besar kopi liar tumbuh di hutan-hutan terpencil di Afrika dan di pulau Madagaskar. Selain di Afrika, kopi liar juga dapat ditemukan di daerah beriklim tropis lainnya, termasuk di India, Sri Lanka, dan Australia.

Sementara itu, lebih dari 100 jenis pohon kopi tumbuh secara alami di hutan, tetapi hanya sedikit yang digunakan untuk diminum. Industri kopi global didominasi oleh dua tanaman kopi utama - Arabika (Coffea arabica) dan Robusta (Coffeea canephora). Spesies ketiga - Liberika (Coffea liberica) ditanam di seluruh dunia, tetapi jarang digunakan untuk minuman kopi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement