Jumat 02 Feb 2024 16:15 WIB

Meksiko Alami Krisis Air Bersih Parah Akibat Perubahan Iklim

Kelangkaan air di Meksiko disebut sebagai fenomena yang belum pernah terjadi.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Kelangkaan air di Meksiko menjadi fenomena alam yang belum pernah terjadi sebelumnya (ilustrasi).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang/ca
Kelangkaan air di Meksiko menjadi fenomena alam yang belum pernah terjadi sebelumnya (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penduduk Meksiko yang frustasi telah memprotes pemerintah atas kelangkaan air yang terjadi selama beberapa pekan terakhir. Kelangkaan air yang parah ini dinilai sebagai fenomena yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Kawasan metro di Amerika Latin yang dihuni 21 juta penduduk ini, tengah berjuang setelah bertahun-tahun mengalami curah hujan rendah akibat perubahan iklim. Kondisi ini diperparah dengan tata kota yang semrawut serta infrastruktur yang sudah ketinggalan zaman.

Baca Juga

Di komunitas Acambay, sekitar 130 kilometer di luar ibu kota Meksiko, para pengunjuk rasa memaksa masuk ke kantor Komisi Air Nasional Meksiko (Conagua), memecahkan jendela, dan merusak fasilitas. Sementara itu, di Azcapotzalco, Mexico City, warga berbaris untuk mengisi ember dengan air yang disalurkan dari sebuah truk.

Warga Azcapotzalco, Maribel Gutierrez, mengatakan bahwa ia sudah tidak memiliki air di rumahnya selama lebih dari sebulan. Menurut dia, para tetangganya sudah mulai bertengkar karena persediaan air semakin terbatas.

Ibu kota Meksiko, yang terletak di lembah dataran tinggi dan dibangun di atas bekas dasar danau, telah berjuang untuk memenuhi kebutuhan air bagi penduduknya selama bertahun-tahun. Sebagian besar bergantung pada air yang dipompa dari akuifer bawah tanah dan waduk di luar kota untuk memenuhi permintaan.

Para pejabat dari perusahaan air minum Mexico City, SACMEX, mengatakan bahwa Cutzamala System, sebuah jaringan instalasi pompa, bendungan dan infrastruktur lainnya yang menjadi sumber air bagi sekitar 6 juta orang, merupakan sistem yang paling tertekan yang pernah ada. Mereka telah meminta penduduk untuk mengubah kebiasaan untuk menghemat air sebanyak mungkin.

"Karena jumlah penduduk, ditambah dengan jumlah penduduk merantau ke kota ini, menempatkan kota ini dalam kondisi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ini adalah sesuatu yang belum pernah kami alami selama pemerintahan ini, atau pada pemerintahan sebelumnya," kata Rafael Carmona, direktur SACMEX seperti dilansir Reuters, Jumat (2/2/2024).

Menurur data pemerintah Meksiko, Cutzamala System berada pada kapasitas 39,7 persen pada 29 Januari, turun dari sekitar 41 persen pada bulan Desember, serta 54 persen pada waktu yang sama tahun lalu.

Mexico City mendapatkan setidaknya setengah dari curah hujan tahunannya dari Monsun Amerika Utara antara bulan Mei dan Agustus. Dengan musim yang lebih kering dari biasanya, waduk-waduk di kota ini sekarang sudah habis dan tidak ada peluang untuk pulih kembali hingga bulan-bulan musim panas, demikian menurut Andreas Prein, seorang ilmuwan atmosfer dari NSF National Center for Atmospheric Research di Boulder, Colorado.

"Di Meksiko, Anda harus menunggu hingga bulan Mei atau Juni sampai Anda benar-benar mendapatkan curah hujan yang signifikan untuk mendapatkan kesempatan untuk memulihkan air di waduk," kata Prein.

Ia mengatakan bahwa situasi ini membuat Mexico City dan ibu kota besar lainnya di dunia berisiko mengalami apa yang disebut “whiplash effect”. Ini diartikan ketika sebuah kota mengalami perubahan cepat ke kondisi basah yang dapat memicu banjir.

"Perubahan ini menjadi semakin ekstrem karena perubahan iklim. Inilah yang kita lihat pada skala global,” kata Prein.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement