Senin 12 Feb 2024 18:30 WIB

Cuaca Panas Ekstrem di Spanyol Pecahkan Rekor

Bulan Januari 2024 alami cuaca terpanas sepanjang sejarah Spanyol.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Spanyol baru saja mengalami bulan Januari terpanas sejak pencatatan dimulai pada tahun 1961.
Foto: www.freepik.com
Spanyol baru saja mengalami bulan Januari terpanas sejak pencatatan dimulai pada tahun 1961.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Spanyol baru saja mengalami bulan Januari terpanas sejak pencatatan dimulai pada tahun 1961, menurut observatorium iklim dan cuaca nasional Aemet. Hipotesa ini didapat setelah suhu mendekati 30 derajat Celcius di beberapa wilayah.

Suhu rata-rata di daratan Spanyol untuk Januari 2024 adalah 8,4 Celcius, lebih tinggi 2,4 derajat dari rata-rata untuk periode tersebut. Dan 0,4 derajat di atas rekor sebelumnya yang dibuat pada tahun 2016.

Baca Juga

Suhu mencapai atau melebihi 20 Celcius bulan lalu di hampir 400 stasiun meteorologi, atau hampir setengah dari total stasiun meteorologi di negara itu. Suhu naik menjadi 29,5 derajat Celcius di wilayah timur Valencia; 28,5 derajat Celcius di Murcia di Tenggara; 27,8 derajat Celcius di dekat Malaga di Selatan. Suhu ini biasanya terjadi pada bulan Juni.

Cuaca musim dingin yang lebih hangat telah menarik orang-orang ke pantai, menunda dimulainya musim ski, dan memperburuk kekeringan yang telah berlangsung bertahun-tahun di Catalonia di Timur Laut dan wilayah Selatan Andalusia.

“Meskipun Januari secara keseluruhan merupakan bulan hujan, distribusi curah hujan sangat tidak merata: setidaknya hujan turun di tempat yang paling membutuhkan curah hujan," kata juru bicara Aemet, Ruben del Campo, dikutip Phys, Senin (12/2/2024).

Spanyol pada tahun 2022 telah mengalami tahun terpanas sejak pencatatan tahunan Aemet dimulai, dengan suhu rata-rata tahunan hampir 15,5 derajat Celcius. Ini adalah pertama kalinya suhu rata-rata tahunan melampaui 15 derajat Celcius.

Pekan lalu, pemerintah regional Catalonia mengumumkan keadaan darurat kekeringan untuk kota terbesar kedua di Spanyol, Barcelona, dan sebagian besar wilayah di sekitarnya. Kondisi ini memaksa pemerintah untuk menerapkan pembatasan penggunaan air yang lebih ketat.

Langkah ini diambil setelah ketinggian air di reservoir atau waduk di wilayah Mediterania anjlok di bawah 16 persen dari kapasitas penuh. Tingkat air di beberapa waduk di Catalonia sangat rendah sehingga monument lama seperti jembatan dan menara lonceng gereja muncul kembali di beberapa daerah.

Langkah-langkah untuk membatasi penggunaan air termasuk melarang penggunaan air tawar untuk kolam renang. Mobil-mobil juga kini hanya boleh dicuci dengan air daur ulang, begitupun taman-taman publik disirami dengan air tanah.

Diharapkan, jumlah air digunakan untuk menyirami tanaman dapat menurun hingga 80 persen, dua kali lipat dari pengurangan 40 persen yang diperkenalkan pada bulan November lalu. Industri juga harus mengurangi penggunaan air sebesar 25 persen, padahal sebelumnya hanya 15 persen.

Sementara itu, Catalonia menghadapi kekeringan terburuk sejak pencatatan dimulai pada tahun 1916, dengan curah hujan yang lebih rendah dari rata-rata di wilayah tersebut selama tiga tahun terakhir. Kekeringan ini telah berlangsung lebih dari dua kali lebih lama dari musim kemarau sebelumnya pada tahun 2008, kata pemerintah daerah.

Andalusia juga sedang berjuang menghadapi kekeringan parah, dengan pemerintah daerah memperingatkan bahwa pembatasan penggunaan air akan diperlukan di Sevilla dan Malaga pada musim panas ini jika tidak ada hujan yang cukup sebelum musim panas.

Andalusia dan Catalonia, dua wilayah terpadat di Spanyol, sedang bersiap-siap untuk mengimpor air bersih dengan menggunakan kapal jika diperlukan.

"Kami menghadapi situasi yang sangat rumit. Warga Spanyol tahu betul bahwa perubahan iklim telah terjadi," kata Menteri Pertanian Luis Planas kepada para wartawan di Madrid setelah laporan rekor suhu di bulan Januari.

Para ahli mengatakan bahwa perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia meningkatkan intensitas dan frekuensi kejadian cuaca ekstrim seperti gelombang panas, kekeringan dan kebakaran hutan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement