Kamis 15 Feb 2024 20:21 WIB

Tingkat Polusi Udara di Bangkok Sangat Buruk, Pekerja Diinstruksikan WFH  

Pembakaran lahan pertanian merupakan penyebab utama di balik lonjakan polusi.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Gita Amanda
Pemerintah harus mempertimbangkan untuk membatasi kendaraan berbahan bakar fosil di ibu kota Bangkok untuk membatasi polusi. (ilustrasi)
Foto: REUTERS/Chalinee Thirasupa
Pemerintah harus mempertimbangkan untuk membatasi kendaraan berbahan bakar fosil di ibu kota Bangkok untuk membatasi polusi. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pihak berwenang Thailand memperingatkan bahwa tingkat polusi di Bangkok dan provinsi-provinsi di sekitarnya telah mencapai tingkat yang tidak sehat pada Kamis (15/2/2024). Pemerintah akhirnya menginstruksikan para pegawai negeri sipil di ibu kota untuk bekerja dari rumah selama dua hari ke depan, dan mendesak pegawai swasta pun melakukan hal yang sama. 

Kabut asap tebal yang menyelimuti cakrawala Bangkok disebabkan oleh kombinasi dari pembakaran lahan pertanian, polusi industri dan lalu lintas yang padat.

Baca Juga

“Pembakaran lahan pertanian merupakan penyebab utama di balik lonjakan polusi. Lalu sekitar seperempat dari polusi berasal dari kendaraan, sebuah faktor yang dapat kita kendalikan,” kata Perdana Menteri Thailand, Srettha Thavisin, dilansir Reuters, Kamis (15/2/2024).

Situs web pelacakan kualitas udara Swiss, IQAir, mengatakan tingkat partikel halus yang dapat dihirup di kota tersebut 15 kali lebih tinggi dari tingkat yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menjadikannya kota paling tercemar ke-8 di dunia pada Kamis.

"Ini semakin memburuk karena terlalu banyak kabut asap. Mata saya terasa gatal karena ada banyak debu, dan sulit bernapas,” kata seorang pengemudi ojek, Kornpong Poprakun (57 tahun).

Dalam upaya untuk mengurangi polusi lalu lintas, Gubernur Bangkok Chadchart Sittipunt mengatakan kepada para staf di lembaga-lembaga pemerintahan untuk bekerja dari rumah dan mengatakan bahwa karyawan lain juga harus melakukan hal yang sama. Dia mengatakan, beberapa area di Bangkok memiliki tingkat polusi yang tinggi dan pihak berwenang siap untuk mengatasi situasi tersebut.

Pemerintah telah menawarkan subsidi kepada para petani untuk mencegah pembakaran di lahan pertanian, dan paket subsidi kendaraan listrik yang lebih murah. Sementara itu, para anggota parlemen Thailand sedang mempertimbangkan undang-undang udara bersih untuk transportasi, bisnis, dan pertanian guna mengurangi polusi dalam skala yang lebih luas.

“Pemerintah harus mempertimbangkan untuk membatasi kendaraan berbahan bakar fosil di ibu kota untuk membatasi polusi dalam jangka panjang, dan menambahkan bahwa kebijakan kendaraan listrik di Thailand juga menjadi kunci,” jelas Srettha.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement