Senin 19 Feb 2024 14:45 WIB

Banyak Orang Masih Menyangkal Perubahan Iklim, Mengapa? Studi Ungkap Alasannya

Masih banyak orang di dunia meremehkan dampak dari perubahan iklim.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Hingga saat ini, banyak orang di dunia yang tidak percaya dan menyangkal perubahan iklim.
Foto: www.freepik.com
Hingga saat ini, banyak orang di dunia yang tidak percaya dan menyangkal perubahan iklim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hingga saat ini, banyak orang di dunia yang tidak percaya dan menyangkal perubahan iklim. Untuk menganalisis fenomena penyangkalan ini, para peneliti dari University of Bonn dan Institute of Labor Economics (IZA) menjalankan eksperimen online yang melibatkan 4.000 orang dewasa AS. Studi ini dipublikasikan dalam jurnal Nature Climate Change.

Anehnya, masih banyak orang yang meremehkan dampak perubahan iklim atau menyangkal bahwa hal ini disebabkan oleh aktivitas manusia. Namun mengapa? Salah satu hipotesisnya kesalahpahaman ini berakar pada bentuk tertentu dari penipuan diri, yang oleh para peneliti disebut sebagai “penalaran termotivasi”.

Baca Juga

Profesor Florian Zimmermann, seorang ekonom di University of Bonn dan Direktur Riset di IZA, menjelaskan bahwa penalaran termotivasi membantu seseorang untuk membenarkan perilakunya.

“Misalnya, seseorang yang naik pesawat untuk liburan selama beberapa kali dalam setahun, dapat beralasan bahwa pesawat masih akan lepas landas tanpa mereka. Atau hanya satu kali naik pesawat tidak akan berdampak. Semua pola argumen ini adalah contoh penalaran termotivasi. Membengkokkan fakta sampai memungkinkan kita untuk mempertahankan citra positif dari diri kita,” jelas Zimmermann seperti dilansir Phys, Senin (19/2/2024).

Tetapi bagaimana penalaran termotivasi ini berperan dalam cara berpikir seseorang terkait perubahan iklim? Sebelumnya, hanya ada sedikit bukti ilmiah yang dihasilkan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Kemudian studi terbaru ini mencoba mencari jawaban dan memunculkan beberapa hasil yang tidak terduga.

Zimmermann dan rekannya Lasse Stotzer menjalankan serangkaian eksperimen online, menggunakan sampel representatif dari 4.000 orang dewasa AS. Inti dari eksperimen ini adalah sumbangan senilai 20 dolar AS.

Peserta dibagi secara acak untuk masuk ke salah satu dari dua kelompok. Anggota kelompok dapat membagi 20 dolar AS kepada dua organisasi yang berkomitmen untuk melawan perubahan iklim. Sebaliknya, anggota kelompok kedua dapat memutuskan untuk menyimpan 20 dolar AS untuk diri mereka sendiri, daripada mendonasikannya.

"Siapa pun yang menyimpan donasi untuk dirinya sendiri perlu mencari alasan untuk membenarkan pilihannya. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan menyangkal keberadaan perubahan iklim," kata Zimmermann, yang juga anggota ECONtribute Cluster of Excellence, Pusat Penelitian Kolaboratif Transregio 224 di University of Bonn.

Kebetulan, hampir separuh dari kelompok kedua memutuskan untuk mempertahankan uang tersebut. Para peneliti kemudian menganalisa, apakah orang-orang ini akan membenarkan keputusan mereka secara retrospektif dengan menolak perubahan iklim.

Karenanya, kedua kelompok disatukan kembali secara acak. Tanpa penalaran termotivasi, mereka pada dasarnya membenarkan bahwa perubahan iklim disebabkan oleh aktivitas manusia. Namun, mereka yang menyimpan uang untuk diri sendiri perlu membenarkan tindakannya dengan cara menipu diri sendiri, sehingga mereka menunjukkan keraguan yang lebih besar terhadap perubahan iklim.

“Akan tetapi, kami tidak melihat tanda-tanda tersebut,” ungkap Zimmermann.

Dengan kata lain, penelitian ini tidak memberi indikasi bahwa kesalahpahaman yang meluas mengenai perubahan iklim disebabkan oleh penalaran termotivasi.

“Ini adalah kabar baik bagi pembuat kebijakan, karena hasilnya bisa berarti bahwa memang mungkin untuk memperbaiki kesalahpahaman perubahan iklim, hanya dengan memberikan informasi yang komprehensif. Jika orang membengkokkan realitas, sebaliknya, maka pendekatan ini sangat non-starter,” kata Zimmermann.

Zimmermann juga menyoroti pengaruh keberpihakan politik terhadap penyangkalan perubahan iklim. Studi ini mengungkap beberapa indikasi varian penalaran termotivasi, khususnya bahwa menyangkal pemanasan global akibat dari aktivitas manusia merupakan bagian dari identitas politik kelompok orang tertentu.

“Beberapa orang mungkin sampai batas tertentu mendefinisikan diri mereka sendiri dengan fakta bahwa mereka tidak percaya pada perubahan iklim. Sejauh yang mereka ketahui, cara berpikir ini merupakan sifat penting yang membedakan mereka dari kelompok politik lain, dan dengan demikian mereka cenderung tidak peduli apa yang dikatakan peneliti tentang topik tersebut,” kata Zimmermann.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement