REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Rima Ginanjar, Arsitek Spesialis Zero Carbon
Guna mencapai ekonomi Zero Carbon pada 2050, Indonesia harus mengurangi total konsumsi energi dan memenuhi kebutuhan energi yang tersisa terutama dari sumber energi terbarukan. Karena 75 persen bangunan yang akan dibutuhkan pada 2050 sudah berdiri, mengoptimalkan bangunan yang ada menjadi kunci untuk penghematan energi.
Berinvestasi dalam efisiensi energi dan pengurangan permintaan energi adalah cara yang paling cost-efficient untuk mengurangi infrastruktur baru yang diperlukan untuk mencapai sistem energi yang Zero Carbon. Bangunan harus menargetkan pengurangan permintaan dan konsumsi energi untuk mengurangi jumlah total listrik yang dipasok, baik dari jaringan listrik maupun dari sumber terbarukan.
Pendekatan yang digunakan untuk mengurangi permintaan dan konsumsi energi akan bervariasi antara bangunan satu dengan yang lain tergantung pada karakteristiknya. Di bawah ini adalah pertimbangan yang disarankan:
1. Bahan bangunan dan desain pasif –mengurangi permintaan energi secara keseluruhan yang diperlukan untuk mengoperasikan bangunan. Langkah yang diperlukan termasuk selubung bangunan atau façade bangunan yang efisien untuk mngurangi kebutuhan pendinginan, pencahayaan dan bukaan ventilasi yang cukup dan seimbang untuk mengurangi kebutuhan pencahayaan buatan dan HVAC.
2. Efisiensi sistem –meningkatkan efisiensi energi dari sistem bangunan. Perbaikan mencakup sistem bangunan yang sangat hemat energi seperti HVAC dan pencahayaan.
3. Manajemen energi –menerapkan sistem manajemen energi/bangunan cerdas. Perbaikan termasuk melakukan audit energi, mengelola perilaku penghuni, dan menyesuaikan titik setel suhu HVAC.
Sebagaimana yang tertuang di dalam PP RI No. 33 tahun 2023 tentang konservasi energi, setiap organisasi dan bangunan wajib melakukan manajemen energi untuk dapat mengefisiensikan energi bangunannya. Dengan melakukan efisiensi energi, kita sudah melakukan salah satu step untuk menurunkan emisi karbon.
Daripada hanya berfokus pada pembangunan infrastruktur baru yang hemat energi, mengoptimalkan struktur dan sistem yang sudah ada merupakan strategi yang hemat biaya. Menurut report World Economic Forum di 2024, energi efisiensi di bangunan bisa menghemat Intensitas Konsumsi Energi (IKE) hingga 40% dan bisa menawarkan potensi untuk mengurangi permintaan energi global sebesar 12%.
Untuk menilai dampak karbon secara akurat, energi yang digunakan gedung harus diukur dan dilaporkan setiap tahun. Pendekatan komprehensif ini memastikan bahwa perjalanan menuju masa depan tanpa karbon tidak hanya efektif, tetapi juga dapat beradaptasi dengan karakteristik unik setiap bangunan.
Dengan memprioritaskan dan mengintegrasikan praktik hemat energi ke dalam setiap aspek kehidupan kita, kita semakin dekat dengan tujuan masa depan Zero Carbon. Saat yang tepat untuk bertindak adalah sekarang karena manfaatnya tidak hanya bagi lingkungan tetapi juga bagi ekonomi dan masyarakat.