REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tahun 2024 diprediksi akan lebih panas dibandingkan tahun 2023. Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA) memperkirakan, ada peluang satu banding tiga bahwa tahun 2024 akan lebih panas daripada 2023, dan kepastian 99 persen bahwa 2024 akan menjadi salah satu dari lima tahun terpanas yang pernah tercatat.
Peningkatan suhu tersebut pada akhirnya dapat berdampak pada kesehatan masyarakat di berbagai negara, tak terkecuali Indonesia. Kementerian Kesehatan RI menyampaikan bahwa suhu panas bisa menimbulkan kebakaran yang kemudian mengakibatkan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di antara masyarakat.
“Saat suhu panas, kebakaran itu kan sering kali terjadi, dan itu bisa menimbulkan ISPA. Tentu kami sudah menyiapkan edukasi untuk masyarakat terkait penyakit ISPA dan menyiapkan fasilitas kesehatan,” kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, saat dihubungi Republika.co.id, dikutip Jumat (1/3/2024).
Selain ISPA, suhu panas juga dapat menyebabkan dehidrasi, heatstroke, iritasi kulit yang ditandai dengan kelelahan, kulit kering, serta warna air kencing yang keruh. Paparan panas dari matahari dan polusi pun bisa mengakibatkan sakit kepala sebelah atau migrain.
Nadia menambahkan, peningkatan suhu panas yang sering kali menyebabkan kekeringan dan kelangkaan air juga bisa memicu perkembangan penyakit saluran pencernaan seperti diare.
“Saat musim kemarau dan suhu panas, juga berpotensi menyebabkan penyakit lain seperti tipes dan hepatitis,” kata Nadia.
Berdasarkan berbagai potensi penyakit tersebut, jelas Nadia, Kemenkes meminta masyarakat untuk mulai mempraktikan perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari. Cara yang paling sederhana adalah dengan rajin mencuci tangan dan memasak air sampai matang dan mendidih.