REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fenomena iklim yang dikenal sebagai El Nino kemungkinan akan meningkatkan pemanasan global dan menyebabkan suhu yang memecahkan rekor dari Amazon hingga Alaska pada tahun 2024. Proyeksi ini merujuk pada analisis yang dilakukan para ilmuwan dari Chinese Academy of Meteorological Sciences.
Analisis baru ini menggunakan pemodelan komputer untuk mengidentifikasi kemungkinan titik api regional pada paruh pertama tahun 2024. Analisis tersebut juga menemukan bahwa ada kemungkinan 90 persen bahwa suhu global selama periode ini akan mencetak rekor baru.
“Panas yang akan datang ini meningkatkan risiko gelombang panas laut sepanjang tahun dan meningkatkan ancaman kebakaran hutan serta dampak negatif lainnya di Alaska dan lembah Amazon,” kata salah satu penulis studi, Dr Ning Jiang, seperti dilansir The Guardian, Jumat (1/3/2024).
Wilayah laut dan pesisir sangat rentan karena lautan dapat menyimpan lebih banyak panas dibandingkan wilayah daratan, sehingga kondisi panas dapat bertahan lebih lama di wilayah tersebut.
“Gelombang panas yang hebat dan siklon tropis, ditambah dengan kenaikan permukaan laut global menyebabkan wilayah pesisir yang padat penduduknya menghadapi krisis iklim yang memaksa kita untuk melakukan mitigasi sesegera mungkin,” kata dia.
Temuan ini juga menunjukkan bahwa wilayah pesisir India dekat Teluk Benggala dan Laut Cina Selatan, serta Filipina dan Karibia, kemungkinan akan mengalami panas yang belum pernah terjadi sebelumnya pada periode ini hingga bulan Juni. Setelah itu, kata Jiang, El Nino mungkin akan melemah.
Siklus iklim bumi secara alami terjadi antara El Nino dan La Nina yang lebih dingin. Hal ini meningkatkan dan memoderasi tren pemanasan global yang kuat, yang disebabkan oleh meningkatnya kadar karbon dioksida dari bahan bakar fosil di atmosfer.
El Nino biasanya mencapai puncaknya antara November dan Januari, sehingga studi baru yang dipublikasikan dalam jurnal Scientific Reports memodelkan dampak peristiwa tersebut terhadap variasi regional suhu udara permukaan dari Juli 2023 hingga Juni 2024.
Para ilmuwan menemukan, suhu yang memecahkan rekor di Amazon kemungkinan besar akan terjadi pada tahun 2024, sehingga meningkatkan risiko kebakaran hutan. Kebakaran hebat dan kekeringan melanda Amazon pada akhir tahun 2023 dan emisi dari kebakaran pada bulan Februari telah mencatat rekor baru pada bulan tersebut. Suhu panas yang mencapai rekor di Alaska akan mengakibatkan pencairan gletser dan lapisan es serta erosi pantai, kata para ilmuwan.
Prof Adam Scaife, ilmuwan dari Met Office dan University of Exeter Inggris mengatakan bahwa studi ini memberikan gambaran sederhana yang berguna untuk tahun mendatang.
“Beberapa wilayah, misalnya Afrika dan Greenland, memiliki cakupan data historis yang buruk dan sulit untuk dinilai dengan metode ini. Namun wilayah-wilayah tersebut disorot sebagai wilayah dengan level peningkatan panas yang menonjol pada tahun ini dalam prakiraan model iklim,” kata Scaife.