Kamis 07 Mar 2024 23:09 WIB

Lampung Segera Terima 13 Ribu Ton Beras Impor

Impor beras dilakukan guna stabilkan harga beras.

Red: Nora Azizah
Sejumlah pekerja menata beras dalam karung di gudang (ilustrasi).
Foto: ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
Sejumlah pekerja menata beras dalam karung di gudang (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Direktur Bisnis Perum Bulog Febby Novita mengatakan bahwa Provinsi Lampung segera menerima tambahan sebanyak 13 ribu ton beras impor untuk menstabilkan harga beras. "Saat menuju ke sini kita bisa melihat masih ada kegiatan bongkaran beras impor penambahan kuota di akhir 2023 kemarin. Kalau kuota di 2024 sudah kita laksanakan juga, diperkirakan datangnya bertahap di Maret ini mungkin juga bisa sampai April," ujar Febby Novita di Bandarlampung, Kamis (7/3/2024).

Ia mengatakan, untuk Provinsi Lampung akan kembali mendapatkan tambahan beras impor sebanyak 13 ribu ton, yang digunakan untuk menstabilkan harga beras melalui program stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP).

Baca Juga

"Memang kita akan ada kedatangan lagi sekitar 13 ribu ton untuk Lampung sendiri. Dan untuk kapasitas gudang di sini sekitar 50 ribu ton dan isinya sekarang ada 15 ribu ton," ucap dia.

Dia menjelaskan, secara nasional penyaluran beras program stabilisasi pasokan dan harga pangan terus berlangsung. Dan untuk di Lampung penyalurannya diperkirakan ada sebanyak 8.000 ton per hari.

"Kalau di Lampung sendiri beras yang keluar sekitar 300 ton per hari atau kalau untuk program beras stabilisasi pasokan dan harga pangan hampir 8.000 ton. Karena ini beras bersubsidi, maka kami akan mengawasi bersama. Untuk penyaluran memang selain jaringan di pasar tradisional, kami juga punya rumah pangan kita dan toko-toko ritel modern," tambahnya.

Menurut dia, dengan adanya distribusi beras melalui program stabilisasi pasokan dan harga pangan diharapkan dapat menstabilkan harga beras di pasaran.

"Dengan terus menyerap gabah petani dan adanya distribusi beras program stabilisasi pasokan dan harga pangan diharapkan harga beras bisa kembali stabil, sehingga menjaga konsumsi masyarakat," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement