Selasa 12 Mar 2024 11:49 WIB

Tekan Inflasi Pangan

Lonjakan harga pangan dapat berdampak pada meningkatnya angka kemiskinan.

Pedagang membungkus cabai untuk pembeli di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Senin (11/3/2024).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pedagang membungkus cabai untuk pembeli di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Senin (11/3/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Satria Kartika Yudha, Jurnalis Republika 

Memasuki bulan Ramadhan, harga sejumlah komoditas pangan terpantau semakin mahal seiring meningkatnya permintaan. Pemerintah harus bekerja lebih keras dalam menekan inflasi pangan. Sebab, lonjakan harga pangan dapat berdampak pada meningkatnya angka kemiskinan.

Berdasarkan panel harga Badan Pangan Nasional per Senin (11/3/2024), hampir semua harga pangan pokok strategis "memerah". Beberapa komoditas yang harganya terpantau naik dibandingkan hari sebelumnya adalah beras, bawang merah, bawang putih, cabai merah, daging sapi murni, dan daging ayam ras.

Rata-rata harga beras medium secara nasional tercatat sebesar Rp 14.340 per kg, jauh melebihi harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan sebesar Rp 10.900-Rp 11.800 per kg. Harga beras premium juga masih tinggi, mencapai Rp 16.480 per kg.

Tingginya harga beras premium membuat para pengusaha beras enggan mengeluarkan stok karena tak mau merugi akibat HET yang dianggap sudah tak relevan. Dampaknya, konsumen kesulitan mencari beras premium.

Sesuai "saran" para pengusaha, pemerintah melalui Badan Pangan Nasional akhirnya menaikkan HET beras premium sebesar Rp 1.000 per kg di setiap zona menjadi di kisaran Rp 14.900 per kg-Rp 15.800 per kg. Relaksasi HET tersebut berlaku pada 10-23 Maret 2024. Kebijakan ini diharapkan dapat membuat pasokan beras premium kembali membanjiri pasar.

Badan Pusat Statistik (BPS) pada awal Maret telah mengumumkan, tingkat inflasi Februari 2024 menurut komponen, paling besar terjadi pada komponen harga bergejolak atau yang sering disebut juga dengan inflasi pangan. Komponen harga bergejolak mengalami inflasi sebesar 1,53 persen dengan andil inflasi sebesar 0,25 persen dari tingkat inflasi Februari yang sebesar 0,37 persen (mtm).

Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi komponen harga bergejolak adalah beras, cabai merah, telur ayam ras, daging ayam ras, dan kentang. Menurut catatan BPS, andil beras terhadap inflasi mencapai 0,21 persen.

Beras memberikan andil inflasi terbesar baik secara bulanan maupun tahunan. Secara umum, kenaikan harga beras terjadi di 37 provinsi, sedangkan harga beras di 1 provinsi lainnya menunjukkan penurunan.

BPS juga telah mewanti-wanti pemerintah untuk mewaspadai terjadinya kenaikan harga secara umum pada bulan Ramadhan. Menurut BPS, ada beberapa komoditas yang berpotensi memberikan andil terhadap inflasi pada bulan Ramadhan, yaitu daging ayam ras, minyak goreng, beras, ayam hidup, daging sapi, telur ayam, dan gula pasir.

Peringatan dari BPS itu pun benar adanya. Harga daging sapi, misalnya, sejak awal Maret mengalami tren kenaikan dari Rp 134.380 per kg menjadi Rp 137.340 per kg per 11 Maret.

Langkah intervensi harga pangan perlu terus diperkuat oleh pemerintah di bulan Ramadhan ini. Jika harga-harga melonjak tak terkendali, bukan tidak mungkin angka kemiskinan dapat meningkat.

Masyarakat kelas menengah yang berada di jurang kemiskinan dan tidak mendapatkan bantuan sosial, sangat rentan menjadi warga miskin akibat naiknya harga pangan. Kenaikan harga pangan tentu akan berdampak pada meningkatnya garis kemiskinan, sehingga masyarakat yang tadinya berada di atas garis kemiskinan atau tidak miskin, bisa terjatuh ke dalam kelompok warga miskin.

Sebagai informasi, BPS dalam mengukur kemiskinan menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar. Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur menurut garis kemiskinan.

Garis kemiskinan (GK) terdiri atas dua komponen, yaitu garis kemiskinan makanan (GKM) dan garis kemiskinan bukan makanan (GKBM). Garis kemiskinan makanan merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kkalori per kapita per hari. Paket komoditas kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditas, antara lain, padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak.

Penduduk yang dikategorikan sebagai penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Oleh karena itu, pemerintah sekali lagi mesti memperkuat langkah intervensi dalam menekan inflasi pangan pada bulan Ramadhan agar garis kemiskinan tak meningkat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement