REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang pakar dari International Islamic University Malaysia, Md Mahmudul Hasan, mengamati betapa banyaknya umat Islam yang melupakan semangat sejati dari bulan suci Ramadhan. Menurut Hasan, mayoritas muslim belum bisa mempraktikkan pengendalian diri, sehingga mereka tampaknya masih serakah dan membuang-buang makanan.
Praktik-praktik lain yang telah melanggar semangat Ramadan termasuk penggunaan plastik sekali pakai yang berlebihan untuk botol air dan kemasan makanan. Hal ini, kata Hasan, berkontribusi pada sampah yang berakhir di tempat pembuangan akhir, menyebabkan bahaya besar bagi lingkungan.
“Konsumsi bahan plastik secara massal juga berbahaya bagi lautan dan habitat laut serta daerah pesisir dan pantai. Kita semua tahu tentang apa yang disebut Great Pacific Garbage Patch (GPGP) yang terus meluas, yang luasnya tiga kali lipat dari luas negara Prancis dan dengan cepat mengubah dan menghancurkan susunan fisik dan kimiawi planet ini,” kata Hasan seperti dilansir Daily Star, Ahad (17/3/2024).
Yang lebih mengkhawatirkan, jelas Hasan, kebanyakan ulama ataupun ustaz kebanyakan tidak memahami urgensi dari masalah pemborosan makanan dan polusi plastik di kalangan umat Islam selama bulan Ramadan. Ulama atau ustaz jarang membahas masalah lingkungan seperti itu ketika membahas keutamaan puasa Ramadan.
“Sungguh sebuah ironi, ketika umat Muslim seharusnya mengurangi makan untuk mendapatkan manfaat fisik dan pemurnian spiritual selama bulan Ramadan, namun kebanyakan dari mereka justru terlihat makan dan membuang-buang makanan,” kata Hasan yang juga penganut agama Islam.
Hasan mengatakan, bagi orang-orang yang beragama, membuang-buang makanan adalah salah satu bentuk tidak mensyukuri nikmat dari Allah Swt. Meskipun ada peringatan keras dalam Al-Quran untuk tidak membuang-buang makanan, tidak dapat dipungkiri, seperti yang ditunjukkan oleh penelitian, setiap tahun terjadi peningkatan jumlah sampah makanan di negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim selama bulan Ramadan.
“Sungguh membingungkan bahwa di bulan yang seharusnya menjadi bulan yang penuh berkah bagi umat Muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah, mereka justru tidak menaati Yang Maha Kuasa dengan menyia-nyiakan makanan,” kata Hasan.
Ini mungkin terdengar sumbang, lanjut Hasan, tetapi salah satu alasan pemborosan makanan selama Ramadan adalah kedermawanan yang salah sasaran dari umat Islam. Alih-alih memperbanyak berbagi makanan kepada mereka yang membutuhkan, sebagian besar orang kaya kerap mengadakan jamuan buka bersama kolega dan keluarga dengan menyajikan berbagai menu, di mana botol air plastik dan kemasan makanan plastik akan banyak digunakan.
“Pada acara seperti itu, saya telah melihat banyak orang meneguk air dari botol plastik dan kemudian meninggalkannya di atas meja. Selain itu, banyak orang yang mengambil porsi banyak namun tidak habis. Pada akhirnya, apa yang kita lihat di akhir acara buka puasa bersama adalah tumpukan besar sampah makanan dan polusi plastik,” kata dia.
Di bulan Ramadhan kali ini, Hasan pun mengajak umat Islam lainnya untuk lebih bertanggung jawab dalam hal konsumsi makanan.
“Jangan sampai membuang makanan, karena muslim Palestina mungkin kekurangan makanan untuk berbuka atau sahur. Bahkan setelah mengetahui penderitaan mereka, jika kita berani membuang-buang makanan dan terlibat dalam perilaku yang tidak bertanggung jawab, kita mungkin harus mengakui bahwa hati nurani kita telah mati dan benar-benar menjauh dari jalan Ilahi,” kata Hasan.