REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, menyebutkan, cuaca ekstrem yang terjadi dalam sepekan terakhir di daerah itu belum mempengaruhi produksi ikan tangkapan nelayan. Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Mataram Emir Rumair di Mataram, Rabu (20/3/2024), mengatakan, sejauh ini, produksi ikan dari nelayan masih aman dan sesuai target dengan produksi dari Januari sampai sekarang sekitar 600 ton.
"Sementara target produksi ikan tangkap tahun 2024, sebesar 2.300 ton," katanya.
Menurut dia, kondisi itu dipicu cuaca ekstrem yang terjadi dalam sepekan terakhir walau tidak terjadi secara terus menerus satu hari penuh. Cuaca ekstrem bisanya terjadi di atas pukul 09.00 WITA, sementara pada jam itu nelayan sudah pulang melaut sebab nelayan pergi melaut saat pagi bahkan sebelum subuh.
"Nelayan yang tetap melaut ini merupakan nelayan penuh, atau nelayan murni yang tidak memiliki pekerjaan lain selain melaut," katanya.
Nelayan di Kota Mataram, menurutnya, terbagi menjadi tiga. Pertama nelayan penuh yang murni berprofesi nelayan, kedua nelayan sambilan yang ketika dalam kondisi tertentu bisa bekerja lain atau musiman.
"Ketiga buruh nelayan, yakni mereka yang membantu turun naikkan perahu dan hasil tangkapan nelayan," katanya.
Di sisi lain, tambahnya, harga ikan terutama jenis tongkol yang menjadi produk dominan nelayan Kota Mataram saat ini dinilai masih stabil yakni sekitar Rp3.500-Rp4.000 per ekor.
Emir mengatakan, dengan kondisi tersebut pihaknya optimistis target produksi ikan tangkap tahun 2024 sebesar 2.300 ton bisa tercapai. Target itu meningkat dibandingkan tahun 2023 dengan realisasi produksi 2.023 ton atau naik dari tahun 2022 sekitar 2.000 ton.
Terkait dengan itu, untuk mendukung peningkatan produksi nelayan, DKP Kota Mataram aktif melakukan pendampingan dan pembinaan terhadap nelayan di Kota Mataram. Selain itu, pihaknya melakukan upaya peningkatan terhadap perluasan jangkauan penangkapan didukung dengan peningkatan kapasitas ukuran kapal yang dimiliki nelayan.
"Nelayan kita yang biasanya menangkap ikan dengan jarak tempuh 2-3 mil, kita upayakan bisa menempuh hingga 5 mil," katanya.
Upaya itu, lanjutnya, tentu dilakukan dengan memberikan dukungan bantuan kapal dengan kapasitas yang biasa 5 Gross Ton (GT) menjadi lebih tinggi atau hingga 25 GT.
"Hanya saja, saat ini yang memiliki kapal tangkap dengan kapasitas di atas 10 GT masih relatif kecil," kata Emir.