Rabu 27 Mar 2024 12:35 WIB

Film Horor Black Samphire, Angkat Isu Polusi Air dan Dampaknya Bagi Dunia

'Black Samphire' menyampaikan pesan dampak polusi air terhadap sungai di Inggris.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Black Samphire, film horor lingkungan tentang polusi air, ditayangkan perdana di bioskop Ritzy yang ramai di Brixton.
Foto: ANTARA FOTO/Abriawan Abhe
Black Samphire, film horor lingkungan tentang polusi air, ditayangkan perdana di bioskop Ritzy yang ramai di Brixton.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Black Samphire, film horor lingkungan tentang polusi air, ditayangkan perdana di bioskop Ritzy yang ramai di Brixton tepat sebelum Hari Air Sedunia yang diperingati setiap 22 Maret. Difilmkan di West Sussex, monster modern yang digambarkan dalam film pendek ini adalah polusi air dan dampaknya yang menyesakkan terhadap sungai-sungai di Inggris.

Para pembuat film di balik proyek ini yang juga founder Silicon Gothic, Cathy Wiper dan Joseph Archer, mengatakan bahwa ini adalah pesan yang ingin mereka sampaikan.

Baca Juga

"Dunia kita menghadapi begitu banyak masalah besar, kompleks, dan tidak berwujud di luar sana, dan apa yang dilakukan Silicon Gothic adalah mengambil masalah-masalah itu dan 'memonstifikasi' mereka, jadi kami membuatnya menjadi fisik dan dapat dimengerti,” kata Wipper dan Archer seperti dilansir Sky News, Rabu (27/3/2024).

Ketika sungai-sungai tercemar oleh limbah, yang sebagian disebabkan oleh perubahan iklim dan pola cuaca yang ekstrem, maka film ini memberikan pesan yang tepat waktu.

Sebagai seorang perenang perairan terbuka (open-water swimmer), Wippell terinspirasi untuk menulis film ini setelah perairan yang dulunya bisa dipakai untuk berenang di daerah asalnya, harus ditutup karena tingkat toksisitas air yang meningkat.

"Ini bukanlah sesuatu yang terlihat jelas, karena kita tidak bisa melihat bahaya apa yang mengintai di bawah permukaannya. Jadi, untuk membuat sesuatu seperti itu menjadi nyata dan seperti sebuah ancaman sangatlah penting dalam cerita ini,” jelas Wipper.

Dan kredensial lingkungan dari produksi film ini lebih dari sekadar jalan ceritanya, dengan dua kali pembersihan pantai selama pra-produksi untuk membantu menggalang dana dan kebijakan keberlanjutan yang ketat yang dipraktikkan selama pengambilan gambar.

Rumah produksi telah berjanji untuk melakukan setidaknya satu tindakan positif terhadap iklim per film, tidak hanya mencoba menyelesaikan syuting lebih cepat dan menghasilkan lebih sedikit limbah, tapi juga secara proaktif mencoba memperbaiki kerusakan yang telah terjadi.

Semua pemeran dan kru diminta untuk menandatangani green rider sebelum pengambilan gambar, yang memerinci langkah-langkah keberlanjutan yang diterapkan di lokasi syuting dan langkah-langkah perilaku dasar, termasuk membawa wadah air yang dapat diisi ulang ke lokasi syuting dan setuju untuk memisahkan sampah.

“Semua makanan yang tersedia di lokasi syuting adalah vegetarian atau vegan, dan sebagai pengganti keripik atau sereal yang dibungkus plastik, lebih dari 160 flapjack dipanggang sendiri untuk syuting,” kata Wipper.

Archer mengakui bahwa barang-barang dari film dan acara yang siklus hidupnya pendek, terkadang dibakar daripada diwariskan –suatu hal yang memalukan di tengah krisis biaya hidup dan kekhawatiran akan konsumsi sumber daya dunia yang berlebihan.

Aktor Australia Ishtar Currie-Wilson, yang membintangi film ini bersama Wippell, mengatakan kepada Sky News bahwa film ini merupakan produksi yang menyenangkan untuk dikerjakan.

“Gerakan hijau ini benar-benar menyegarkan bagi saya, saya pikir karena yang kami lakukan adalah perubahan yang sangat kecil, sederhana, dan dapat ditindaklanjuti. Dan saya pikir dari sudut pandang seorang individu dan sebagai seorang aktor, ini adalah sesuatu yang dapat kami bawa ke semua set lainnya di masa mendatang,” kata Currie-Wilson.

Membandingkannya dengan pekerjaan lain, Currie-Wilson mengatakan bahwa setelah mengerjakan proyek ini, ia akan lanjut syuting untuk proyek yang lebih besar. Ia pun berkomitmen untuk mengubah kebiasaannya yang kerap menggunakan plastic sekali pakai di lokasi syuting.

“Jadi, saya memastikan bahwa saya memiliki cangkir dan botol air minum saya, dan saya melihat ke masa lalu tentang berapa banyak sampah yang saya gunakan di lokasi syuting tanpa memikirkannya,” tegas dia.

James Wallace, kepala eksekutif River Action UK, yang ikut serta selama produksi untuk memproduksi film ini, mengatakan bahwa meskipun mereka sebelumnya telah menggunakan animasi dan film dokumenter pendek dalam pekerjaan mereka, ini adalah usaha pertama kelompok kampanye ini dalam dunia film horror.

“Saya tidak bisa menolak. Film ini akan menceritakan kisah yang sangat kuat, kisah yang akan sangat sulit untuk diabaikan oleh seorang politisi, para pencemar, atau masyarakat secara umum. Semoga film ini bisa menjadi renungan tentang apa yang sedang terjadi di dunia ini,” kata dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement