Senin 22 Apr 2024 18:44 WIB

Indonesia Masukkan HFC di Dokumen Target Pengurangan Emisi

HFC merupakan jenis gas rumah kaca yang juga merupakan bahan perusak ozon.

Lapisan ozon bumi (ilustrasi)
Foto: www.freepik.com
Lapisan ozon bumi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menjelaskan hidrofluorokarbon atau HFC akan ditambahkan dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) kedua sebagai senyawa perusak ozon untuk menekan emisinya.

"Untuk NDC kedua, kita akan menambahkan satu jenis gas untuk dikomitmenkan yaitu HFC atau hidrofluorokarbon," ujar Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Laksmi Dhewanthi dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (22/4/2024).

Baca Juga

Dia menjelaskan, HFC merupakan jenis gas rumah kaca (GRK) yang juga merupakan bahan perusak ozon atau BPO yang berdampak terhadap peningkatan temperatur bumi.

Penambahan HFC ke dalam target pengurangan emisi GRK nasional itu juga dilatarbelakangi Indonesia sudah meratifikasi Amendemen Kigali melalui Peraturan Presiden Nomor 129 Tahun 2022 tentang Pengesahan Amendment to the Montreal Protocol on Substances that Deplete the Ozone Layer, Kigali, 2016.

"Kita sudah punya target untuk mengurangi konsumsi HFC secara bertahap setelah ratifikasi. Kita juga sudah bersama-sama dengan kementerian/ lembaga terkait, alhamdulillah, sudah terbit Peraturan Menteri Perdagangan untuk membatasi impor HFC," kata Laksmi.

Dia menjelaskan bahwa terdapat enam jenis gas yang diatur oleh UNFCCC termasuk HFC dan negara penandatangan Perjanjian Paris dapat memilih jenis yang menjadi target pengurangan emisi. HFC sendiri banyak digunakan untuk alat pendingin dan Indonesia sejak 1 Januari 2024 sudah memiliki target untuk pengurangan.

"Kenapa yang dipilih HFC? Ini untuk menambahkan, karena sudah peta jalannya. Kita sudah punya regulasi pembatasan dan pelarangan. Kemudian kita sudah bicara kepada sektor-sektornya, asosiasi pengguna atau pemasok HFC dan komitmennya cukup tinggi," demikian Laksmi.

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement