Kamis 02 May 2024 10:52 WIB

Studi Baru Tentang Sungai Tunjukkan Perubahan Iklim Kian Nyata

Studi mengaitkan perubahan iklim dengan kecepatan aliran sungai.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nora Azizah
Berapa banyak air yang mengalir melalui sungai-sungai di bumi, kecepatan alirannya ke laut.
Foto: Antara/Aguk Sudarmojo
Berapa banyak air yang mengalir melalui sungai-sungai di bumi, kecepatan alirannya ke laut.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sebuah studi yang dipimpin oleh para peneliti NASA memberikan perkiraan baru tentang berapa banyak air yang mengalir melalui sungai-sungai di bumi, kecepatan alirannya ke laut, dan seberapa besar kedua angka tersebut berfluktuasi dari waktu ke waktu. Dipublikasikan di Nature Geoscience, studi ini menggunakan metodologi baru yang menggabungkan pengukuran aliran dengan model komputer dari sekitar 3 juta segmen sungai di seluruh dunia.

Hasil penelitian ini juga menyoroti wilayah-wilayah yang mengalami penurunan akibat penggunaan air yang berlebihan, termasuk lembah Sungai Colorado di Amerika Serikat, lembah Amazon di Amerika Selatan, dan lembah Sungai Orange di Afrika bagian selatan.

Baca Juga

Para peneliti di Jet Propulsion Laboratory NASA di California Selatan itu memperkirakan bahwa total volume air di sungai-sungai di bumi rata-rata dari tahun 1980 hingga 2009 adalah 539 mil kubik (2.246 kilometer kubik). Jumlah tersebut setara dengan setengah volume air Danau Michigan dan sekitar 0,006 persen dari seluruh air tawar, yang setara dengan 2,5 persen volume global. 

Meskipun proporsinya kecil terhadap seluruh air di bumi, sungai telah berperan penting bagi manusia sejak peradaban paling awal. Salah satu penneliti dari JPL, Cédric David mengatakan, para peneliti pun telah membuat banyak perkiraan selama bertahun-tahun tentang berapa banyak air yang mengalir dari sungai ke laut, perkiraan volume air yang secara kolektif ditampung oleh sungai atau dikenal sebagai penyimpanan. Dan hasil itu masih sedikit dan semakin tidak pasti.

David mengibaratkan situasi tersebut seperti pengeluaran dari rekening giro tanpa mengetahui saldonya.

"Kami tidak tahu berapa banyak air yang ada di rekening kami, dan pertumbuhan populasi serta perubahan iklim semakin memperumit masalah ini,” kata David dikutip laman Phys, Kamis (2/5/2024)

“Ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mengelola cara kita menggunakannya dan memastikan tersedia cukup air untuk semua orang, namun pertanyaan pertama adalah: Berapa banyak air yang ada? Itu adalah hal mendasar bagi semua hal lainnya," lanjutnya.

Perkiraan dalam makalah ini pada akhirnya dapat dibandingkan dengan data dari satelit internasional Surface Water and Ocean Topography (SWOT) untuk meningkatkan pengukuran dampak manusia terhadap siklus air bumi. Diluncurkan pada bulan Desember 2022, SWOT memetakan ketinggian air di seluruh dunia, dan perubahan ketinggian sungai menawarkan cara untuk mengukur penyimpanan dan pembuangan.

Studi tersebut mengidentifikasi lembah Amazon sebagai wilayah dengan penyimpanan sungai terbanyak, menampung sekitar 204 mil kubik (850 kilometer kubik) air—kira-kira 38 persen dari perkiraan global. Cekungan yang sama juga mengeluarkan air terbanyak ke laut: 1.629 mil kubik (6.789 kilometer kubik) per tahun. Jumlah tersebut merupakan 18 persen dari pembuangan global ke laut, yang rata-rata mencapai 8.975 mil kubik (37.411 kilometer kubik) per tahun dari tahun 1980 hingga 2009.

 

Cara Baru Mengukur Air Sungai

Selama beberapa dekade, sebagian besar perkiraan total air sungai di bumi merupakan penyempurnaan dari angka PBB tahun 1974, dan tidak ada penelitian yang menggambarkan bagaimana jumlah tersebut bervariasi seiring berjalannya waktu. Menurut David, perkiraan yang lebih baik sulit didapat, sebab kurangnya pengamatan terhadap sungai-sungai di dunia, terutama sungai-sungai yang jauh dari populasi manusia.

Permasalahan lainnya adalah terdapat lebih banyak alat pengukur aliran sungai yang memantau ketinggian dan aliran sungai besar dibandingkan sungai kecil. Ada juga ketidakpastian yang luas dalam perkiraan limpasan lahan—air hujan dan pencairan salju yang mengalir ke sungai.

Studi baru ini dimulai dari premis bahwa aliran yang mengalir ke dalam dan melalui sistem sungai kira-kira sama dengan jumlah yang diukur oleh alat pengukur di bagian hilir. Jika para peneliti menemukan ketidakkonsistenan antara simulasi aliran dari tiga model permukaan tanah dan pengukuran pengukur yang diambil dari sekitar 1.000 lokasi, mereka menggunakan pengukuran pengukur tersebut untuk mengoreksi jumlah aliran yang disimulasikan.

Kemudian mereka memodelkan aliran air melalui sungai pada peta global resolusi tinggi yang dikembangkan menggunakan data ketinggian daratan dan citra dari luar angkasa, termasuk dari Misi Topografi Radar Antar-Jemput NASA. Pendekatan ini menghasilkan tingkat debit, yang digunakan untuk memperkirakan penyimpanan rata-rata dan bulanan untuk masing-masing sungai dan total sungai di planet ini.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement