Sabtu 04 May 2024 12:30 WIB

Ini Transportasi yang Paling Banyak Sumbang Emisi Karbon Secara Global

Transportasi menyumbang sekitar seperlima emisi karbon secara global.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Karbon (ilustrasi).
Foto: Kanenori/www.pixabay.com
Karbon (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Transportasi menyumbang sekitar seperlima emisi karbon dioksida (CO2) global. Adapun di Indonesia, emisi dari sektor transportasi hampir mencapai 30 persen dari total emisi CO2, di mana emisi tertinggi terutama berasal dari transportasi darat yang berkontribusi pada 88 persen dari total emisi dari sektor ini, demikian merujuk data Badan Energi Internasional (IEA).

Untuk lebih jelasnya, berikut emisi transportasi pada tahun 2018 menurut IEA seperti dilansir Our World in Data, Sabtu (4/5/2024).

Baca Juga

1. Transportasi darat

Perjalanan darat menyumbang tiga perempat emisi transportasi. Sebagian besar berasal dari kendaraan penumpang seperti mobil dan bus, yang memberikan kontribusi sebesar 45,1 persen. Lalu 29,4 persen lainnya berasal dari truk pengangkut barang.

 

2. Pesawat

Sektor transportasi penerbangan, meskipun sering mendapat perhatian terbesar dalam diskusi mengenai aksi melawan perubahan iklim, hanya menyumbang 11,6 persen emisi transportasi. Perjalanan udara hanya mengeluarkan kurang dari satu miliar ton CO2 setiap tahun atau sekitar 2,5 persen dari total emisi global. Pelayaran internasional juga memberikan kontribusi yang sama, yaitu 10,6 persen.

 

3. Kereta api

Perjalanan kereta api dan angkutan barang mengeluarkan emisi yang sangat sedikit yaitu 1 persen dari emisi transportasi. Transportasi lainnya -yang terutama melibatkan pergerakan material seperti air, minyak, dan gas melalui pipa- bertanggung jawab atas 2,2 persen emisi CO2.

Lebih lanjut IEA memperkirakan bahwa permintaan transportasi akan meningkat di seluruh dunia dalam beberapa dekade mendatang, seiring dengan peningkatan polusi global dan peningkatan pendapatan. IEA memperkirakan, transportasi global (diukur dalam kilometer penumpang) akan meningkat dua kali lipat, lalu tingkat kepemilikan mobil meningkat sebesar 60 persen, serta permintaan penumpang dan barang meningkat tiga kali lipat pada 2070.

“Jika digabungkan, semua itu akan berkontribusi pada lonjakan besar dalam emisi transportasi global,” kata IEA dalam laporan Energy Technology Perspective.

Namun demikian, inovasi teknologi dapat membantu mengimbangi peningkatan permintaan ini. Ketika dunia beralih ke sumber listrik rendah karbon, munculnya kendaraan listrik menawarkan pilihan yang tepat untuk mengurangi emisi dari kendaraan berpenumpang.

Dalam laporannya, IEA menguraikan skenario pembangunan berkelanjutan untuk mencapai net zero emisi dari energi global pada 2070. Skenario IEA mengasumsikan penghapusan emisi sepeda motor secara bertahap pada tahun 2040; kereta api pada tahun 2050; dan truk kecil pada tahun 2060.

“Meskipun emisi dari mobil dan bus belum sepenuhnya hilang hingga tahun 2070, hal ini diperkirakan akan terjadi di banyak wilayah, termasuk Uni Eropa, Amerika Serikat, Tiongkok dan Jepang akan menghentikan penggunaan kendaraan konvensional pada awal tahun 2040,” kata IEA.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement