REPUBLIKA.CO.ID, BHUBANESWAR -- Kondisi gelombang panas di India semakin mengkhawatirkan. Pemerintah India mengungkapkan, ada setidaknya sebanyak delapan orang yang meninggal dunia dalam 72 jam atau tiga hari terakhir akibat heat stroke atau serangan panas di negara bagian Odisha.
Departemen cuaca nasional India memprediksi cuaca panas masih akan berlangsung negara bagian itu selama pekan ini. Departemen Meteorologi India (IMD) mendeklarasikan adanya gelombang panas di Odisha ketika suhu udara di negara bagian itu naik sekitar 4,5 sampai 6,4 derajat Celsius dari biasanya. Pada Senin (10/6/2024), Ibu kota Odisha, Bhubaneswar mencatat suhu maksimal di kota itu mencapai 39 derajat Celcius.
Pusat operasi kedaruratan Odisha mengatakan, selama musim panas ini sekitar 159 orang diduga mengalami heat stroke. Lembaga itu menambahkan serangan cuaca panas menyebabkan kematian sebanyak 41 orang.
"33 kasus (yang diduga serangan panas matahari) sedang diselidiki di tingkat distrik," kata pusat operasi kedaruratan Odisha dalam pernyataannya.
India dan beberapa negara lain di Asia mengalami musim panas dengan suhu yang tidak biasanya. Ilmuwan mengatakan fenomena ini dipicu semakin memburuknya perubahan iklim yang disebabkan aktivitas manusia.
IMD memprediksi gelombang panas akan berlanjut di utara dan timur India dalam beberapa hari ke depan. Pekan lalu, media lokal melaporkan India mencatat sejak Maret sampai Mei lalu sekitar 25 ribu kasus dan 56 kematian yang diduga terkait serangan panas.
Di sejumlah daerah di Delhi, mencatat suhu mencapai 49,9 derajat Celcius pada awal bulan ini. Kota itu sudah dilanda kelangkaan air karena suhu udara maksimal mencapai sekitar 44 derajat Celcius.
IMD mengatakan hujan yang lebih awal di selatan negara bagian Kerala pada 30 Mei dan berlanjut ke negara bagian Maharashtra di barat yang meliputi India selatan, mungkin akan meredekan gelombang panas pada akhir bulan.