Ahad 16 Jun 2024 09:09 WIB

Manuver Paus Bungkuk Cari Makan, Lebih 'Akrobatik' Dibanding Paus Lain yang Berukuran Sama

Para ilmuwan menggunakan drone untuk mengukur besar tubuh paus.

Rep: Lintar Satria/ Red: Qommarria Rostanti
Paus bungkuk (Ilustrasi). Kamera drone merekam manuver paus bungkuk saat mereka makan.
Foto: EPA-EFE/JOSE JACOME
Paus bungkuk (Ilustrasi). Kamera drone merekam manuver paus bungkuk saat mereka makan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kamera drone merekam manuver paus bungkuk saat mereka makan. Jaringan media BBC merekam aksi akrobatik itu dengan para ilmuwan di Semenanjung Antartika. Seekor paus menggunakan sirip sepanjang 4 meter untuk menyapu jaring gelembung di sekitar mangsanya dan menjebaknya.

“Hentakkan siripnya benar-benar menunjukkan betapa mudahnya beradaptasi dan kreatifnya hewan-hewan ini,” kata ilmuwan dari University of California Santa Cruz Ari Friedlaender seperti dikutip dari BBC, Sabtu (15/6/2024).

Baca Juga

Friedlaender mengatakan, paus bungkuk jauh lebih "akrobatik" dibandingkan paus lain yang berukuran sama. Pakar paus dari badan amal satwa liar WWF, Chris Johnson, mengatakan paus itu membuat "jaring gelembung dengan menggunakan siripnya" untuk menjebak krill, krustasea kecil yang dimakan lebih dari satu ton paus Antartika setiap hari.

Paus bungkuk satu-satunya spesies yang diketahui dapat membuat "jaring gelumbung" ini. Manuver tersebut hanya dapat dilihat dengan detail lewat udara, sehingga kamera drone merevolusi kemampuan ilmuwan mempelajari paus bungkuk.

Rekaman yang juga menunjukkan bagaimana paus bungkuk memutar dan berbalik itu memperlihatkan bagaimana hewan tersebut dapat bermanuver dengan efektif. "Karena ukuran (ekor) dan siripnya, dan kemampuan mereka menggunakannya untuk berputar, mereka lebih akrobatik dibandingkan paus lain," kata Friedlaender.

Pemandangan dari udara juga menunjukkan pemulihan populasi paus yang hampir punah akibat perburuan pada abad ke-20. Tim ilmuwan internasional termasuk beberapa dari Survei Antartika Inggris (BAS) menggunakan kamera drone untuk mempelajari paus-paus di Selatan Georgia, lokasi penting bagi industri paus di Antartika.

Peneliti BAS Stephanie Martin mengatakan ia menggunakan drone untuk merekam pasangan ibu-anak paus di pesisir laut Selatan Georgia. "Melihat pasangan ibu-anak memberi indikasi kuat populasinya perlahan mulai pulih," katanya.

Ia dan rekan-rekannya juga merekam pasangan ibu-anak paus biru yang merupakan hewan terbesar di dunia, sedang mencari makan di lokasi yang sama. Sebelum 1930-an diperkirakan 40 ribu paus biru diburu di perairan Selatan Georgia. Martin mengatakan butuh waktu sampai 2020 hingga peneliti akhirnya menemukan kembali mamalia raksasa itu diperairan tersebut. Survei tahun itu mencatat 58 penampakan paus biru dewasa di sana.

Para ilmuwan juga menggunakan drone untuk mengukur besar tubuh paus. Terdapat bukti beberapa hewan mengalami penyusutan. Ilmuwan mengaitkannya dengan perubahan iklim yang berdampak pada pasokan makanan mereka.

Penelitian yang dipublikasikan di jrunal Global Change Biology mengungkapkan dalam dua dekade terakhir ukuran tubuh paus abu-abu yang mencari makan di perairan dangkal lepas pantai Pasifik Barat Laut telah menyusut secara signifikan.

Panjang tubuh paus abu-abu dewasa yang lahir pada 2020 diperkirakan 1,65 meter lebih pendek dibandingkan paus abu-abu yang lahir sebelum tahun 2000. Para peneliti mengatakan ini bisa menjadi peringatan awal populasinya mulai menurun, atau kondisinya tidak sehat.

“Ukuran sangat penting bagi hewan,” kata ilmuwan dari Universitas St Andrews Enrico Pirotta.

“Hal ini memengaruhi perilaku mereka, fisiologi mereka, dan berdampak pada ekosistem tempat mereka menjadi bagiannya,” kata dia.

Selain membantu para peneliti memantau ancaman yang muncul terhadap paus, drone juga memberikan petunjuk baru tentang beberapa perilaku mamalia laut itu. Lewat rekaman yang diambil dari drone para ilmuwan mendapat wawasan tentang bagaimana hewan tersebut belajar dan bekerja sama.

"Saat kami mempelajari ikan paus bungkuk yang mencari makan di Alaska dan lepas pantai AS, peraturannya sudah sangat ditentukan, umumnya ada satu hewan yang memasang jaring gelembung di sekitar mangsanya dan hewan lainnya mempunyai peran masing-masing," kata Friedlaender.

"Di Antartika, kami sering melihat banyak hewan di tempat mencari makan, semuanya meniup gelembung pada saat yang bersamaan," ujarnya.

Para peneliti masih mencari tahu makna perbedaan ini, tapi sejumlah ilmuwan menduga paus Antartika masih mempelajari teknik mencari makan dan belum "menyempurnakannya" untuk memberi peran pada setiap hewan. Friedlaender mengatakan paus bungkuk penasaran dan ingin berinteraksi dengan objek-objek baru atau dengan satu sama lain. "ini memperkuat ikatan sosial dan saya pikir itu adalah hal yang sangat penting bagi mereka," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement