Selasa 18 Jun 2024 17:00 WIB

Ratusan Juta Orang di Kawasan Himalaya Terancam Dilanda Kekeringan

Wilayah Himalaya mengalami defisit salju yang signifikan.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Gletser di seluruh pegunungan Hindu Kush Himalaya mencair dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Foto: AP
Gletser di seluruh pegunungan Hindu Kush Himalaya mencair dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian terbaru memperingatkan rendahnya jumlah salju di Himalaya yang sangat penting bagi pasokan air hampir 240 juta orang yang tinggal di daerah pegunungan dan 1,65 miliar orang lainnya yang tinggal di lembah-lembah di bawahnya. Lembaga pemantau pegunungan International Centre for Integrated Mountain Development (ICIMOD) melaporkan, akumulasi salju di Himalaya tahun ini lebih rendah dibandingkan rata-rata.

ICIMOD merupakan pusat penelitian dan berbagi pengetahuan antar pemerintah regional untuk delapan negara anggota regional di wilayah Hindu Kush Himalaya (HKH), yakni Afghanistan, Bangladesh, Bhutan, Cina, India, Myanmar, Nepal, dan Pakistan. Salju dan es di Himalaya akan mengalir ke 12 sungai besar, menyumbang seperempat aliran air sungai-sungai tersebut.

Baca Juga

Persistensi salju atau lama salju berada di permukaan tanah, dilaporkan lebih rendah seperlima dari normal. Dampaknya diperkirakan akan merembet ke seluruh sistem sungai.

Persistensi salju di Sungai Gangga, Indus, dan Brahmaputra dilaporkan turun drastis. Hal ini dapat mengakibatkan kekeringan dan berdampak pada jutaan orang. Salju dan es Himalaya bukan hanya lanskap yang indah, tapi juga sumber kehidupan bagi masyarakat yang tinggal di kawasan HKH.