Rabu 19 Jun 2024 18:00 WIB

WWF Dorong Peran Keuangan Syariah dalam Agenda Keberlanjutan

GIFP bertujuan merancang peta jalan guna memobilisasi modal syariah publik dan swasta

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Penerbitan sukuk (ilustrasi).
Foto: AP Photo/Evan Vucci
Penerbitan sukuk (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia mendorong agar industri keuangan syariah dapat berperan lebih besar dalam agenda berkelanjutan. Apalagi, melindungi bumi dan lingkungan hidup, termasuk mitigasi dan adaptasi iklim, selaras secara langsung dengan tujuan-tujuan yang lebih tinggi dari prinsip-prinsip Islam.

Kepala Bagian Keuangan Berkelanjutan Yayasan WWF Indonesia Rizkia sari Yudawinata mengatakan, dekarbonisasi merupakan salah satu bidang yang belum tersentuh keuangan syariah. Sementara pembiayaan untuk mencapai target nol-emisi juga masif, termasuk proyek-proyek atau investasi-investasi yang memiliki dampak positif pada keanekaragaman hayati.

"Itulah mengapa kami mengembangkan Global Islamic Finance Program (GIFP) karena kami melihat pendanaan yang dibutuhkan proyek-proyek itu masih sangat terbatas, apabila islamic finance relokasinya saat ini bisa menangkap peluang nature-based solutions. Ini merupakan peluang bagi Indonesia, yang pertumbuhannya masih banyak," kata Rizkia dalam media briefing Sustainable Banking Assessment (SUSBA), Rabu (19/6/2024).

GIFP bertujuan untuk merancang peta jalan guna memobilisasi modal syariah publik dan swasta untuk menghasilkan dan mendanai Solusi Berbasis Alam yang dapat didanai bank.

Dalam siaran persnya mengenai GIFP, WWF mengatakan keuangan syariah yang mewakili lebih dari 3 triliun dolar AS aset keuangan global, merupakan mitra alami untuk agenda keberlanjutan. Keuangan syariah dapat membantu mengalihkan aliran modal ke kegiatan manusia yang memiliki dampak positif terhadap lingkungan dan sosial, dan menjauhi kegiatan yang berdampak negatif.

Namun, keterlibatan keuangan syariah dalam proyek-proyek berkelanjutan antara 2010 sampai 2020 hanya 100 miliar dolar AS. Angka ini menunjukkan adanya kebutuhan mendesak untuk mengidentifikasi dan mengatasi faktor-faktor penghambat yang menghalangi sinergi antara keuangan syariah dan agenda keberlanjutan.

 

Sebagian besar inisiatif berbasis iklim dan alam di negara-negara berkembang biasanya mengikuti desain konvensional yang tidak menyertakan modal Islam, ukuran dan dampaknya terbatas, atau tidak memiliki struktur keuangan yang canggih. GIFP dirancang untuk memanfaatkan peluang ini dan mengatasi kesenjangan pendanaan alam yang kritis dengan mengaktifkan mekanisme pendanaan Islam sebagai sumber pendanaan baru untuk iklim dan alam.

Dengan fokus khusus untuk mendukung inisiatif di negara berkembang, anggota konsorsium akan bekerja sama untuk fokus pada membuat saluran, dan mengamankan pendanaan untuk mitigasi dan adaptasi iklim yang dapat didanai bank.

Solusi ini akan mengatasi risiko yang terus meningkat terhadap mata pencaharian masyarakat di negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan akan membantu mewujudkan pembangunan ekonomi yang ramah lingkungan dan berketahanan iklim. 

Dari tokoh ramai dibicarakan ini, siapa kamu jagokan sebagai calon gubernur DKI Jakarta 2024

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement