Rabu 19 Jun 2024 18:52 WIB

Menilik Perkembangan Pembangkit Nuklir di Dunia

Cina sedang membangun 27 reaktor nuklir.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir/PLTN (ilustrasi)
Foto: EPA/Laurent Dubrule
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir/PLTN (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia berencana membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) pada tahun 2032. PTLN itu akan menghasilkan 250 megawatt. Lalu bagaimana perkembangan PLTN di negara-negara lain?

Dalam laporan Information Technology and Innovation Foundation (ITIF), Amerika Serikat (AS) tertinggal jauh dari Cina dalam bidang energi nuklir. Diperkirakan perekonomian nomor satu dunia itu tertinggal 10 sampai 15 tahun dalam pengembangan PLTN dari raksasa Asia.

Baca Juga

Cina sedang membangun 27 reaktor nuklir yang rata-rata mulai daring tujuh tahun ke depan. Lebih cepat dibandingkan sebagian negara lain.

ITIF mengatakan dari 2008 sampai 2023, paten nuklir Cina naik 1,3 persen dari total paten seluruh dunia menjadi 13,4 persen. Negara ini kini menjadi garda depan pengaplikasian paten sumber energi fusi nuklir.

Lembaga yang berbasis di Washington itu mengatakan, kecepatan Beijing di bidang ini karena "strategi nasional yang koheren" dalam membangun PTLN. Cina memberikan pendanaan dengan bunga rendah, adanya feed-in tariffs (FIT) atau insentif finansial untuk pengembangan energi terbarukan, dan peraturan yang sederhana.

"Pemerintah Cina memberikan prioritas yang cukup besar pada pembangunan reaktor nuklir dalam negeri sebagai bagian dari strategi energi Beijing yang lebih luas," kata ITIF dalam laporannya seperti dikutip dari Aljazirah, Rabu (19/6/2024).

"Ke depan, Cina tampaknya akan menggunakan kapasitas domestik yang sudah mapan ini sebagai fondasi untuk ekspor reaktor yang kompetitif, seperti halnya strategi 'sirkulasi ganda' yang dicapai di bidang-bidang lain, seperti kendaraan listrik dan baterai," tambah ITIF.

ITIF mengatakan narasi Cina sebagia negara "mesin fotokopi" dan AS adalah "inovator" memicu kebijakan industri energi nuklir AS lesu. "Pertama, asumsi ini salah kaprah karena inovator bisa saja kehilangan kepemimpinannya karena mesin fotokopi yang memiliki struktur biaya yang lebih rendah," kata ITIF.

Menurut ITIF, kondisi itu seperti yang terjadi pada industri-industri perangkat elektronik konsumen, semikonduktor, panel surya, peralatan telekomunikasi, mesin, dan kemungkinan besar, tenaga nuklir.

Saat ini AS masih menjadi negara dengan PLTN terbanyak di dunia, yakni 94 PLTN, lebih banyak dari Prancis dan Cina. Namun, AS hanya membangun dua PLTN dalam satu dekade terakhir.

Pada Desember 2023, Cina resmi mengoperasikan PTLN generasi keempat di Shidao Bay di Provinsi Shandong. Kantor berita Cina mengatakan, PLTN itu menggunakan gas dan bukan air bertekanan sebagai pendingin reaktor. Teknologi ini diklaim lebih aman dan efisien dibandingkan PLTN generasi sebelumnya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement