Senin 24 Jun 2024 18:00 WIB

Tiga Strategi Indonesia Jaga Ketahanan Pangan di Tengah Perubahan Iklim

41 persen wilayah Indonesia akan memasuki musim kemarau pada akhir Juni.

Red: Satria K Yudha
Petani menjemur padi beras merah saat masa panen raya di Desa Jatiluwih, Tabanan, Bali. Selasa (18/6/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo
Petani menjemur padi beras merah saat masa panen raya di Desa Jatiluwih, Tabanan, Bali. Selasa (18/6/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perubahan iklim menjadi ancaman bagi produktivitas pangan. Untuk menjaga ketahanan pangan di tengah perubahan iklim, pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) menjalankan tiga program prioritas.

Ketiga program itu adalah optimalisasi lahan rawa, pompanisasi, serta tumpang sisip (tusip) padi gogo. "Bapak Menteri Pertanian sekarang mempunyai tiga program utama yang menjadi fokus berdasarkan arahan bapak Presiden untuk memitigasi dampak perubahan iklim, sekaligus dampak penurunan produksi karena pengaruh El Nino dan musim kemarau yang akan kita hadapi sebentar lagi," kata Kepala Badan Standardisasi Instrumen Pertanian Kementan Fadjry Djufry di Jakarta, Senin (24/6/2024).

Baca Juga

Fadjry menjelaskan, yang dimaksud dengan program optimalisasi lahan rawa yakni perbaikan irigasi, serta drainase di lahan-lahan sawah yang sudah ada, supaya distribusi air sebagai kebutuhan pokok tanaman bisa tercukupi. Ia memproyeksikan ada 400 ribu hektare lahan rawa yang optimal yang tersebar di 11 provinsi, di antaranya yaitu Lampung, Bangka Belitung, Jambi, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, serta Kalimantan Tengah.  

Selanjutnya program pompanisasi, bertujuan supaya lahan kering yang sebelumnya tidak dapat menghasilkan produk pertanian, dilakukan peremajaan melalui redistribusi air, sehingga bisa kembali produktif.