REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi konservasi The International Union for Conservation of Nature (IUCN) merilis daftar spesies yang terancam punah. Jumlah daftar spesies yang terancam punah pada tahun ini mencapai lebih dari 45 ribu spesies, 1.000 spesies lebih banyak dibandingkan tahun lalu.
IUCN mengatakan kenaikan ini disebabkan tekanan dari perubahan iklim, spesies invasif, dan aktivitas manusia seperti perdagangan hewan dan ekspansi infrastruktur. Daftar ini menyuarakan peringatan banyaknya flora dan fauna yang terancam punah tapi juga menekankan keberhasilan konservasi seperti pada spesies Lynx Iberia.
Daftar ini berisi 163.040 spesies bertambah 6.000 spesies dari tahun lalu. Kaktus copiapoa, kaktus asli gurun pasir pesisir Atacama Chile, gajah Kalimantan dan kadal raksasa Gran Canaria termasuk spesies yang terancam punah.
Kaktus copiapoa telah lama didambakan sebagai tanaman hias, mendorong perdagangan ilegal yang telah diperkuat oleh media sosial di mana para penggemar dan pedagang memamerkan dan menjual kaktus tersebut. Dalam laporan yang dirilis Kamis (27/6/2024) sebanyak 82 persen dari spesies ini kini terancam punah, sebuah lompatan yang signifikan dari 55 persen pada tahun 2013.
IUCN mengatakan ancaman kepunahan ini disebabkan lonjakan permintaan kaktus Chile di Eropa dan Asia untuk dijadikan sebagai tanaman hias. Menurut organisasi itu, penyelundup dan orang-orang yang mengambil kaktus copiapoa dari alam liar dapat mengakses habitat tanaman itu dengan lebih mudah karena adanya jalan dan perluasan perumahan di daerah Atacama.
"Sangat mudah untuk membedakan apakah kaktus copiapoa dialami dari alam atau ditanam di rumah kaca," kata Pablo Guerrero, salah satu anggota kelompok IUCN yang menangani tanaman tersebut, Kamis (27/6/2023).
"Kaktus copiapoa yang diambil dari alam memiliki warna abu-abu dan dilapisi dengan bunga yang tampak berdebu yang melindungi tanaman di salah satu gurun terkering di dunia, sedangkan tanaman yang dibudidayakan tampak lebih hijau," tambahnya.
Laporan terbaru tahun 2024 ini juga menyoroti gajah Asia di Kalimantan sebagai spesies yang terancam punah. Diperkirakan hanya sekitar 1.000 ekor gajah Kalimantan yang tersisa di alam liar. IUCN mengatakan dalam 75 tahun terakhir populasi gajah terus menurun karena penebangan hutan Kalimantan yang ekstensif, yang menghancurkan sebagian besar habitat gajah.
Konflik dengan manusia, hilangnya habitat akibat pertanian dan perkebunan kayu, pertambangan dan pembangunan infrastruktur, perburuan liar, paparan bahan kimia pertanian, dan tabrakan dengan kendaraan juga mengancam spesies ini.
Daftar tersebut juga mengungkapkan penurunan yang "mengejutkan" dari reptil endemik - kadal raksasa dan skink - di Kepulauan Canary dan Ibiza karena pemangsaan oleh ular invasif.
Namun upaya konservasi menghidupkan kembali Lynx Iberia dari ambang kepunahan, dengan populasi yang meningkat dari 62 individu dewasa pada tahun 2001 menjadi 648 individu pada tahun 2022 dan lebih dari 2.000 individu saat ini.
Menurut International Society for Endangered Cats yang berbasis di Kanada, Lynx Iberia pernah dianggap sebagai salah satu spesies kucing liar yang paling terancam punah di dunia. Populasinya menurun 87 persen dan jumlah betina yang berkembang biak antara tahun 1985 dan 2001 menurun lebih dari 90 persen.
Spesies ini dihidupkan kembali dengan mengembalikan habitat alami Lynx Iberia berupa semak belukar Mediterania dan hutan serta meningkatkan kelimpahan mangsa utamanya, kelinci Eropa.
Upaya konservasi juga mencakup peningkatan keragaman genetik Lynx Iberia dengan merelokasi mereka ke daerah baru dan mengembangbiakkan mereka di lingkungan yang terkendali. IUCN mengatakan sejak 2010, lebih dari 400 Lynx Iberia dilepasliarkan di beberapa bagian Portugal dan Spanyol. "Ini pemulihan terbesar spesies kucing yang pernah dicapai melalui konservasi," kata Francisco Javier Salcedo Ortiz, yang memimpin aksi konservasi Lynx Iberia.
Namun, tambah Salcedo Ortiz, kucing liar ini masih terancam punah terutama dari fluktuasi populasi mangsanya, perburuan liar, dan kematian di jalan raya. "Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk memastikan populasi Lynx Iberia dapat bertahan," katanya.