Jumat 26 Jul 2024 11:39 WIB

El Nino Berakhir dan Segera Berganti La Nina, Apa Dampaknya?

Fenomena La Nina membuat musim kemarau menjadi lebih pendek.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Petugas BMKG memberikan penjelasan pada layar yang menampilkan citra satelit di kantor BMKG, Jakarta, Senin (6/5/2024). BMKG menyatakan El Nino telah berakhir dan akan berganti jadi La Nina.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Petugas BMKG memberikan penjelasan pada layar yang menampilkan citra satelit di kantor BMKG, Jakarta, Senin (6/5/2024). BMKG menyatakan El Nino telah berakhir dan akan berganti jadi La Nina.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengumumkan fenomena El Nino telah berakhir yang ditandai dengan indeks ENSO berada pada kondisi netral. Fase netral ini diprediksi berubah mejadi La Nina mulai Agustus mendatang. Lalu apa dampak dari adanya fenomena La Nina?

La Nina merupakan kejadian anomali iklim global yang ditandai dengan keadaan suhu permukaan laut (SPL) di Samudra Pasifik tropis bagian tengah dan timur yang lebih dingin dibandingkan suhu normalnya. Kondisi ini biasanya diikuti dengan berubahnya pola sirkulasi Walker (sirkulasi atmosfer arah timur barat yang terjadi di sekitar ekuator) di atmosfer yang berada di atasnya dan dapat mempengaruhi pola iklim dan cuaca global.

Baca Juga

La Nina berpengaruh pada meningkatnya curah hujan di wilayah Indonesia bagian timur. Peningkatan curah hujan saat La Nina umumnya berkisar 20-40 persen lebih tinggi dibandingkan curah hujan saat tahun Netral.

Seperti dikutip dari laporan analisis dinamika atmosfer dasarian II (tanggal 11-20) Juli 2024, BMKG menyatakan sebanyak 45 persen wilayah Indonesia berada pada musim kemarau. Beberapa wilayah yang sedang mengalami musim kemarau adalah Aceh, sebagian Sumatra Utara, sebagian Riau, Jambi, Banten, dan NTT.