Kamis 01 Aug 2024 07:37 WIB

Copenhagen Ajak Wisatawan Nikmati Atraksi Ramah Lingkungan

Wisatawan diajak mendayung sambil memungut sampah di perairan.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Wisatawan menaiki paddleboard untuk menyusuri kanal di Copenhagen, Denmark.
Foto: Wonderfulcopenhagen.com
Wisatawan menaiki paddleboard untuk menyusuri kanal di Copenhagen, Denmark.

REPUBLIKA.CO.ID, COPENHAGEN -- Wisatawan yang mengunjungi Copenhagen musim panas tahun ini didorong berpartisipasi dalam kegiatan liburan yang tidak biasa, termasuk memungut sampah yang berada perairan di Ibu Kota Denmark itu. Mereka juga diajak bersepeda ke museum, bukannya menggunakan mobil atau melakukan kegiatan sukarela di taman-taman kota.

Aktivitas ini bagian dari proyek percobaan selama empat pekan yang disebut CopenPay. Wisatawan akan memberi penghargaan atas "aksi ramah iklim" mereka. "Kami harus mengubah pariwisata dari beban lingkungan menjadi kekuatan perubahan yang positif," kata CEO Dewan Pariwisata Wonderful Copenhagen Mikkel Aaro-Hansen, Rabu (31/7/2024).

Ia mengatakan, Wonderful Copenhagen ingin wisatawan menyadari pilihan ramah lingkungan mereka dan mendapatkan pengalaman yang lebih baik dalam kunjungan mereka. Salah satu dari lebih dari 20 atraksi yang berpartisipasi dalam proyek ini adalah organisasi non-profit GreenKayak yang menawarkan tur air.

Wisatawan dapat mendayung di perairan abad ke-17 Copenhagen dengan kayak berwarna hijau sambil memungut sampah di air. Mereka dapat mendayung selama dua jam gratis. Satu jalur pelayaran utama menuju ke Laut Baltik.

“Ketika Anda berada di lautan, anda akan berinvestasi di lautan. Jadi, saya berharap hal ini akan terus menginspirasi orang-orang untuk tidak meninggalkan sampah di laut,” kata juru bicara GreenKayak, Elisabeth Friis Larsen.

Di atraksi lain, wisatawan dapat memangkas hamparan bunga, memanen ketumbar atau memberi makan ayam di taman kota Oens Have, kemudian tinggal untuk makan siang gratis. Wisatawan juga dapat makan es krim gratis jika bersepeda atau menggunakan transportasi umum ke Museum Nasional negara tersebut, daripada menggunakan taksi atau mobil sewaan untuk mengurangi emisi.

Pengunjung ke Museum Nasional Denmark dapat mengunjungi bengkel kerja di mana mereka diajari bagaimana mengubah sampah plastik menjadi patung ubur-ubur.

"Seluruh gagasannya adalah orang-orang harus membawa sampah plastik mereka sendiri, dan selain itu anak-anak dapat membuat ubur-ubur," kata ketua bengkel kerja, Susanne Brigitte Lund.

Proyek wisata ramah lingkungan Copenhagen yang dimulai 15 Juli sampai 11 Agustus digelar saat destinasi-destinasi populer di dunia menerima gelombang wisatawan. Copenhagen juga mendapat bagian tahun lalu ada lebih dari 12 juta wisatawan yang menginap di kota itu.

Bulan lalu di tengah demonstrasi dan protes yang menembakkan pistol air ke arah pengunjung, Balai Kota Barcelona mengumumkan mereka tidak akan memperpanjang izin apartemen turis setelah masa berlakunya habis pada 2028.

Baru-baru ini, Venesia, Italia memperpanjang program percontohan yang membebankan biaya masuk sebesar lima euro kepada para pengunjung yang datang ke kota laguna yang rapuh tersebut. Bulan lalu, Kota Fujikawaguchiko, Jepang, memasang layar hitam besar untuk menghalangi pemandangan Gunung Fuji yang ikonik. Alasannya perilaku turis asing yang buruk.

Pada akhir pekan musim panas yang sibuk baru-baru ini, para turis memadati area pelabuhan Nyhavn yang bersejarah di Copenhagen, saat kapal feri wisata berdesakan di jalur air yang sempit dan penuh sesak dengan penumpang yang menjepret-jepretkan ponsel mereka.

Salah satu turis dari Spanyol, Fiona Veira mengatakan skema CopenPay sangat baik tapi bila wisatawan memiliki cukup banyak waktu. Ia mengatakan untuk dapat menikmati skema tergantung berapa lama berapa di kota itu. "Ini juga merupakan cara yang sangat bagus untuk melihat dan berinteraksi dengan kota ini.”

Veira mengetahui tentang program-program yang mendukung iklim di kota ini, tetapi tidak berpartisipasi dalam program-program tersebut karena ia mengunjungi Copenhagen hanya satu hari dan tidak memiliki waktu yang cukup.

Namun banyak wisatawan yang mengaku mereka melupakan prinsip-prinsip ramah lingkungan yang mereka terapkan di rumah saat liburan. “Saya memikirkan hal ini ketika saya berada di rumah, namun ketika saya bepergian, saya lebih memikirkan kenyamanan,” ujar Caroline Kranefuss dari Boston, Amerika Serikat.

Peneliti dari Universitas Kopenhagen, Berit Charlotte Kaae, mengatakan skema CopenPay ini menarik karena memberikan aksi nyata pada konsep keberlanjutan. “Sangat menarik untuk memberikan pengalaman langsung seperti ini,” ujarnya.

Namun, untuk mengatasi masalah lingkungan yang sebenarnya dari pariwisata massal, otoritas pariwisata harus melihat ke sumbernya yaitu transportasi. “Kita perlu bekerja lebih banyak pada bahan bakar penerbangan, mungkin layanan kereta api yang lebih baik, untuk menghindari penerbangan jarak pendek,” katanya. 

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement