REPUBLIKA.CO.ID, LAHORE -- Kota Lahore, Pakistan mengalami curah hujan tertinggi dalam 44 tahun terakhir. Pejabat setempat mengatakan tiga orang meninggal dunia, sementara banjir mengganggu lalu lintas dan berdampak pada kehidupan sehari-hari. Adapaun total korban jiwa akibat peristiwa hujan deras dalam satu bulan terakhir mencapai 100 orang lebih.
Otoritas Penanggulangan Bencana Nasional (NDMA) Pakistan menyampaikan, sepanjang Juli sebanyak 99 orang meninggal dunia dalam peristiwa terkait hujan dan sebagian besar kematian dilaporkan terjadi timur Provinsi Punjab dan barat laut Khyber Pakhtunkhwa.
Pada Kamis (1/8/2024), NDMA mengungkapkan hujan deras terbaru mengguyur Lahore tepat sebelum fajar dan diperkirakan terus berlanjut selama satu pekan di selang waktu tertentu. Dalam peringatannya, lembaga itu mengatakan kemungkinan hujan akan memicu banjir bandang dan longsor.
Hujan juga mengguyur Ibu Koya Islamabad dan daerah-daerah lain. Hujan di Lahore sangat deras hingga mengakibatkan banjir dengan cepat di jalan-jalan dan air hujan masuk ke sejumlah bangsal di Rumah Sakit Jinnah di Provinsi Punjab.
Hal ini menimbulkan masalah bagi sejumlah pasien yang sedang menjalani perawatan. Polisi mengatakan satu orang tewas tersetrum di pemukiman Nishat Colony. Seorang anak laki-laki berusia 14 tahun tenggelam di banjir di jalan dan seorang anak perempuan berusia 5 tahun meninggal usai jatuh dari atap rumahnya.
Menurut badan perairan dan sanitasi Pakistan, curah hujan di sejumlah daerah di Lahore mencapai 352 militer atau 14 inch selama beberapa jam, memecah rekor 44 tahun di kota itu. Lembaga itu menyatakan mereka sedang memompa air keluar dari jalan raya.
Pejabat pemerintah setempat mengatakan sistem drainase penuh dengan cepat setelah hujan deras, membanjiri sejumlah pemukiman warga. Warga mengatakan banjir juga masuk ke sejumlah rumah.
Hujan musiman kembali mengguyur Pakistan saat negara itu masih kesulitan untuk pulih dari banjir tahun 2022 yang berdampak pada 33 juta orang dan menewaskan 1.739 orang. Namun, prakiraan cuaca memprediksi curah hujan akan lebih ringan dibandingkan tahun 2022, ketika hujan meluapkan sungai-sungai.
Pakistan mencatat bulan April yang paling basah sejak tahun 1961, dengan curah hujan dua kali lipat dari biasanya pada bulan tersebut. Menurut prakiraan cuaca dan ilmuwan, hujan luar biasa deras diakibatkan perubahan iklim.
Sementara itu, negara tetangga, Afghanistan menghadapi situasi cuaca yang berbeda. Petugas prakiraan cuaca di departemen penerbangan negara itu Fawad Ayoubi mengatakan warga harus keluar sebelum pukul 10 pagi dan setelah pukul 4 sore jika mereka harus meninggalkan rumah.
"Suhu akan meningkat di provinsi-provinsi di bagian utara dan barat laut serta barat daya, penyebabnya adalah musim hujan atau cuaca panas dari India yang mempengaruhi Afghanistan," kata Ayoubi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga membagikan saran tentang bagaimana warga Afghanistan dapat melindungi diri mereka sendiri dalam cuaca panas. WHO menyarankan warga mengenakan topi bertepi lebar dan kacamata hitam, makan dalam porsi kecil dan lebih sering, tidak meninggalkan anak-anak di dalam mobil yang sedang diparkir.