Selasa 06 Aug 2024 07:22 WIB

PBSI, Jangan Lagi Cuma Jadi 'Si Paling Evaluasi'

PBSI selalu mengaku mengevaluasi kegagalan, tapi hasil buruknya kerap berulang.

Red: Israr Itah
Pebulu tangkis tunggal putri Indonesia Gregoria Mariska Tunjung memperlihatkan medali perunggu saat penganugerahan medali bulu tangkis tunggal Putri Olimpiade Paris 2024 di Porte De La Chapella Arena, Paris, Prancis, Senin (5/8/2024). Gregoria menyabet medali perungggu sedangkan medali emas diraih An Se-young dari Korsel dan medali perak diraih He Bingjiao dari China.
Foto:

Namun, setelah itu semuanya suram. Puncaknya saat Indonesia tanpa gelar di turnamen Singapore Open dan Indonesia Open yang jaraknya berdekatan pada awal Juni. Lebih buruknya, tak ada pebulu tangkis penghuni Pelatnas Cipayung yang mampu menembus semifinal. Ada nama ganda Sabar Karyaman/Reza Pahlevi, eks Pelatnas yang berhasil ke empat besar, tapi gagal ke partai puncak.

Setelah itu? Ya, benar, PBSI menyampaikan pernyataan akan melakukan evaluasi. Evaluasi menyeluruh. Melibatkan para pelatih di lima sektor "untuk mencari tahu penyebab terkait penurunan performa atlet, termasuk di Indonesia Open". Kali ini, tak ada kata "faktor mental" atau "psikis".

Kita kemudian kembali menerima fakta Indonesia hancur lebur di Olimpiade Paris. Hanya ada satu perunggu sumbangan Gregoria Mariska Tunjung setelah sebelumnya empat wakil lain tumbang di penyisihan grup dan satu tersisih di perempat final.

Ada pernyataan dari pejabat PBSI soal para atlet yang tak bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya dan daya juang yang kurang. Juga menyebut tekanan Olimpiade yang berbeda dibandingkan turnamen-turnamen BWF yang digelar tiap tahun. Intinya, balik lagi ke aspek mental meski kali ini tak secara eksplisit menjelaskannya.