Kamis 08 Aug 2024 07:38 WIB

Lebih dari 120 Orang Tewas Akibat Heat Stroke di Jepang

Jumlah kematian akibat heat stroke di Tokyo tahun ini tertinggi kedua setelah 2018.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Orang-orang menggunakan payung saat cuaca panas di Tokyo, Jepang, Juni 2024.
Foto: AP Photo/Eugene Hoshiko
Orang-orang menggunakan payung saat cuaca panas di Tokyo, Jepang, Juni 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Pihak berwenang Jepang mengatakan lebih dari 120 orang meninggal akibat heat stroke atau sengatan panas di daerah metropolitan Tokyo pada Juli lalu. Serangan panas terjadi ketika rata-rata suhu udara tembus rekor dan peringatan panas diberlakukan sepanjang bulan.

Pada Rabu (7/8/2024), Kantor Pemeriksaan Medis Tokyo (TMEO) mengatakan sebagian besar dari 123 orang yang meninggal akibat heat stroke merupakan orang lanjut usia. Tapi, dua orang ditemukan saat berada di dalam ruangan, dan sebagian besar tidak menggunakan pendingin udara atau AC meski memasangnya.

Baca Juga

Pejabat kesehatan dan pemantau cuaca Jepang berulang kali menyarankan warga untuk tetap tinggal di dalam ruangan, mengonsumsi banyak air untuk menghindari dehidrasi dan menggunakan AC. Sebab, warga lanjut usia kerap berpikir AC tidak baik bagi kesehatan dan menghindari menggunakannya.

TMEO mengatakan jumlah kematian akibat heat stroke di 23 distrik di Tokyo bulan Juli tahun ini tertinggi kedua setelah gelombang panas Juli tahun 2018 yang menewaskan 127 orang.

Badan Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Jepang mengatakan pada 1-28 Juli, lebih dari 37 ribu orang dirawat di rumah sakit karena heat stroke. Badan Meteorologi Jepang mengatakan, rata-rata suhu panas bulan Juli 2024 lebih tinggi 2,16 derajat Celsius dibandingkan rata-rata 30 tahun terakhir dan menjadi bulan Juli terpanas sejak pencatatan dilakukan pada 1898.

Pada Selasa (6/8/2024), Tokyo dan sebagian wilayah barat Jepang mengeluarkan peringatan panas. Suhu di pusat kota Tokyo naik menjadi 34 derajat Celsius. Banyak warga yang membawa payung dan kipas angin.

"Saya merasa setiap tahun periode panas menjadi semakin panas, saya selalu menyalakan pendingin udara, termasuk saat saya tidur, saya tidak mencoba tidur di luar ruangan," kata seorang warga Kyoto, Hidehiro Takano.

Seorang turis asal Prancis, Maxime Picavet menunjukkan kipas angin portabelnya yang ia beli di Tokyo. "Ini berfungsi dengan sangat-sangat baik, dengan suhu seperti ini, ini diperlukan," katanya.

Badan Meteorologi Jepang memprediksi suhu pada Agustus sekitar 35 derajat Celsius atau lebih tinggi. "Mohon perhatikan prakiraan suhu dan peringatan heat stroke dan mengambil tindakan pencegahan yang cukup untuk mencegah heat stroke," kata lembaga itu dalam pernyataannya. 

Dari tokoh ramai dibicarakan ini, siapa kamu jagokan sebagai calon gubernur DKI Jakarta 2024

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement