Ahad 11 Aug 2024 06:46 WIB

BMKG Tegaskan La Nina Bukan Penyebab Banjir dan Longsor

Dampak La Nina akan lebih dirasakan sebagai peningkatan frekuensi hari hujan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Qommarria Rostanti
Fenomena La Nina (Ilustrasi). BMKG menyatakan La Nina bukanlah penyebab kejadian banjir dan longsor.
Foto: republika/mgrol100
Fenomena La Nina (Ilustrasi). BMKG menyatakan La Nina bukanlah penyebab kejadian banjir dan longsor.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Ardhasena Sopaheluwakan menjelaskan meskipun dapat menyebabkan peningkatan curah hujan, La Nina bukanlah penyebab kejadian banjir dan longsor. Pasalnya La Nina tidak memicu terjadinya cuaca ekstrem harian.

Dampak La Nina akan lebih dirasakan sebagai peningkatan frekuensi hari hujan dengan nilai curah hujan yang intensitasnya tidak ekstrem. Oleh karena itu, fenomena La Nina akan berdampak pada tanaman pertanian yang sensitif terhadap frekuensi hari hujan, seperti tanaman hortikultura (cabai, bawang) dan tembakau.

Baca Juga

"Petani perlu mengantisipasi dengan kondisi ini," kata Ardhasena, Sabtu (10/8/2024).

Ardhasena mengatakan hingga awal Agustus 2024 (dasarian I), Samudra Pasifik masih menunjukkan fase netral ditunjukkan dengan indeks ENSO bernilai -0.01 yang mengindikasikan La Nina belum terjadi. Ia mengatakan kajian historis menunjukkan fenomena La Nina dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan di Indonesia hingga 40 persen, tergantung kepada intensitas La Nina yang terjadi.

Kajian data historis menunjukkan dampak La Nina umumnya terjadi bersamaan, bukan berurutan seperti halnya masuknya awal musim. Namun demikian dampak La Nina tidak seragam antar daerah.

Ia memprediksi pada periode September-Oktober-November, hampir seluruh Indonesia mengalami peningkatan curah hujan ketika terjadi La Nina. "Wilayah Sumatra, Kalimantan, dan Papua dapat mengalami peningkatan curah hujan hingga 20 persen, sedangkan Jawa-Bali-NTB-NTT dan Sulawesi-Maluku dapat mengalami peningkatan hingga 40 persen," kata Ardhasena.

Dalam Prospek Cuaca Mingguan Periode 9 Agustus - 15 Agustus 2024, BMKG mengatakan saat ini, wilayah selatan Indonesia, termasuk pulau Bali dan Nusa Tenggara, tengah mengalami musim kemarau dengan cuaca yang cerah hingga berawan. Hal ini umum terjadi pada bulan Agustus karena wilayah di bagian selatan memang berada dalam periode musim kemarau.

Meskipun demikian, kata BMKG, dalam beberapa hari ke depan masih ada potensi hujan di beberapa wilayah Indonesia, terutama di bagian utara dan tengah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement