Rabu 14 Aug 2024 14:00 WIB

Menaker Sebut Tren Ketenagakerjaan Bergerak ke Produktivitas Hijau

Implementasi produktivitas hijau sudah dilakukan di Indonesia.

Pelajar mengikuti pelatihan pembuatan sabun dari bahan dari minyak jelantah saat acara Festival Ekonomi Sirkular (FES) 2024 di Taman Menteng, Jakarta, Rabu (17/7/2024).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pelajar mengikuti pelatihan pembuatan sabun dari bahan dari minyak jelantah saat acara Festival Ekonomi Sirkular (FES) 2024 di Taman Menteng, Jakarta, Rabu (17/7/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah mengatakan tren ketenagakerjaan terus bergerak ke arah produktivitas hijau atau green productivity, termasuk di Indonesia. Konsep produktivitas hijau muncul ketika mulai terasakan dampak negatif dari perubahan iklim yang mendorong kebutuhan akan pembangunan berkelanjutan.

Untuk itu, produktivitas hijau menjadi langkah strategis untuk menghadapi tantangan lingkungan sambil tetap memastikan terjadi pertumbuhan ekonomi. "Tren ketenagakerjaan pada saat ini dan di masa depan terus bergerak ke arah integrasi konsep ini ke dalam berbagai sektor untuk menciptakan lapangan kerja yang ramah lingkungan dan berkelanjutan," kata Menaker Ida saat membuka Seminar Nasional Green Productivity 2024 yang dipantau secara daring di Jakarta, Rabu (14/8/2024).

Baca Juga

Upaya untuk peralihan ke pekerjaan hijau atau green jobs itu perlu didukung, tidak hanya oleh dunia usaha, tapi juga dari pekerja. Menaker Ida memberikan contoh bagaimana Organisasi Buruh Internasional (International Labour Organization/ILO) mulai memprakarsai program pekerjaan hijau sebagai bentuk dukungan pembangunan berkelanjutan.

Implementasi produktivitas hijau sudah dilakukan di Indonesia, termasuk dengan memasukkan aspek pembangunan berkelanjutan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.

Beberapa aspek yang masuk dalam RPJMN 2020-2024, katanya, termasuk mengenai pembangunan lingkungan hidup, peningkatan ketahanan bencana dan perubahan iklim sebagai salah satu prioritas untuk mendukung pembangunan ekonomi berkelanjutan.

"Kebijakan penciptaan green economy dan green productivity ini menjadi semakin penting di masa saat ini ketika kita semua sedang mendapatkan masa bonus demografi. Karena, bonus demografi ini bisa menjadi peluang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan," kata Ida.

 

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement