Ahad 18 Aug 2024 14:00 WIB

Sepekan Ini, Merapi Luncurkan Tiga Kali Awan Panas

Masyarakat diimbau tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Satria K Yudha
Guguran lava pijar Gunung Merapi terlihat dari Turi, Sleman, DI Yogyakarta, Ahad (21/7/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko
Guguran lava pijar Gunung Merapi terlihat dari Turi, Sleman, DI Yogyakarta, Ahad (21/7/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Aktivitas Gunung Merapi masih cukup tinggi dengan status siaga atau level 3. Sepekan ini, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat Merapi telah mengeluarkan tiga kali awan panas guguran (APG). 

APG terbaru yang diluncurkan Merapi yakni pada 17 Agustus 2024. Mengarah ke barat daya, APG tersebut terjadi pada pukul 12.27 WIB dengan amplitudo 53 milimeter dan durasi 113 detik. 

“Jarak luncur (APG) 1.000 meter dan mengarah ke Kali Bebeng. Masyarakat diimbau menjauhi daerah bahaya yang direkomendasikan,” kata Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso, Sabtu (17/8/2024). 

Sebelumnya, Merapi juga meluncurkan APG pada 15 dan 16 Agustus 2024. Kedua APG yang diluncurkan tersebut juga mengarah ke Kali Bebeng.  

Pada 15 Agustus, APG tercatat pada pukul 12.41 WIB dengan amplitudo maksimum 37 milimeter, dan durasi 104 detik. Sedangkan, pada 16 Agustus terjadi APG pukul 20.17 WIB dengan jarak luncur 1.300 meter. 

“(APG pada 16 Agustus) Dengan amplitudo maksimum 41 milimeter, dan durasi 140 detik,” ucap Agus. 

Dengan masih tingginya aktivitas Merapi, potensi bahaya saat ini masih berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya yang meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal lima kilometer, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer. 

Selain itu, potensi bahaya juga pada sektor tenggara yang meliputi Sungai Woro sejauh maksimal tiga kilometer, dan Sungai Gendol sejauh lima kilometer. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif, kata Agus, dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak.

“Data pemantauan menunjukkan suplai magma masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awan panas guguran di dalam daerah potensi bahaya, dan masyarakat diimbau agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya,” jelas Agus. 

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement